bakabar.com, MARTAPURA - Bunda PAUD Kabupaten Banjar, Hj Nurgita Tiyas menerima penghargaan Terbaik I Wiyata Dharma Utama. Penghargaan ini diberikan karena perannya menggalakan pelaksanaan masa transisi PAUD ke SD yang menyenangkan.
Penghargaan itu diberikan pada kegiatan apresiasi Bunda PAUD Tingkat Nasional di Jakarta. Diserahkan langsung oleh Ibu Negara, Iriana Joko Widodo didampingi Mendikbud-Ristek, Nadiem Anwar Makarim.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar, Liana Penny mengatakan, peran Bunda PAUD dalam masa transisi PAUD ke SD yaitu adanya 3 target perubahan.
Pertama menghilangkan tes calistung pada saat masuk SD, kedua melaksanakan masa MPLS selama dua minggu pada awal masuk sekolah. Ketiga, menerapkan pembelajaran yang menanamkan 6 fondasi dasar anak.
Masa transisi PAUD ke SD yang menyenangkan sudah dilaunching sejak Maret 2023 kemudian diberlakukan saat tahun pelajaran baru pada Juli lalu.
"Hingga kini, Merdeka Belajar episode 24 yaitu masa transisi PAUD ke SD yang menyenangkan di Kabupaten Banjar berjalan lancar berkat dukungan Bunda PAUD Kabupaten Banjar," ujar Kadisdik Banjar Liana Penny, beberapa waktu lalu.
"Beliau (Nurgita Tiyas) melakukan advokasi, kemudian monitoring, serta evaluasi kegiatan, dan terus mengawal kegiatan transisi, baik di tingkat kecamatan hingga tingkat desa bersama Bunda PAUD kecamatan dan desa," sambungnya lagi.
Liana menjelaskan, masa emas anak sampai usia 8 tahun atau rata-rata anak kelas II SD. Di masa transisi anak-anak harus dibuat senang dan tidak kaget, tetap belajar sambil bermain. Masa transisi tersebut dikawal oleh Bunda PAUD supaya anak-anak tidak merasa stres ketika mereka tiba-tiba berada di SD.
"Melalui 3 perubahan, tidak ada lagi tes calistung, mengadakan masa pengenalan sekolah selama 2 minggu, serta melihat diskriming bakat dari siswa, apakah suka menggambar, berbicara, membaca atau bercerita. Setiap anak sebenarnya pintar tapi guru belum mengetahuinya,” ujarnya
Dari monitoring yang dilakukan di semua SD pada tahun pelajaran baru, Liana mengatakan semuanya sudah menerapkan masa transisi yang menyenangkan tersebut.
Kemudian agar tidak menimbulkan kebingungan di kalangan siswa dan tenaga pengajar, sebelum Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) juga diberlakukan kunjungan ke sekolah dimana satu hari anak PAUD diajak untuk mengunjungi SD sebagai pengenalan lingkungan bagi siswa ketika mereka berada di SD dan tidak serta merta kaget karena sudah mengenal SD sebelumnya.
"Mereka akan tahu jika sebelumnya di PAUD hanya ada 2-3 kelas, sekarang di SD ada 6 kelas. Juga ada ruang perpustakaannya, ada laboratoriumnya, guru-gurunya seperti ini, lingkungan sekolahnya lebih besar lagi. Mereka akan bergabung dengan siswa SD belajar sambil bermain satu hari itu,” jelas Liana.
Begitu juga dengan tenaga pengajar di SD khususnya guru kelas I dan II agar guru tahu bagimana cara mengajar yang baik terhadap siswa PAUD ketika masuk SD yang tidak langsung mengajarkan baca tulis dan hitung (Calistung).
"Karena di alam bawah sadar anak, kalau mereka merasa tidak suka sekolah masa kecilnya, itu akan tertanam dan merasa stres karena tidak menyenangkan. Makanya nanti ada yang putus sekolah, yang SMP malas melanjutkan ke SMA, yang SMA malas melanjutkan ke S1. Tapi kalau pendidikannya menyenangkan maka alam bawah sadarnya akan mengirimkan signal bahwa saya akan menjadi seorang pembelajar seumur hidup,” ujarnya.
"Kita punya alat bantu Platform Merdeka Mengajar (PMM), yang di sediakan oleh Kemendikbud, ada modulnya, kemudian diisi, aksi nyata kegiatan kita dilapangan juga diupload,” sambungnya lagi.
Liana Penny mengakui bahwa dalam penerapan merdeka belajar masa transisi PAUD ke SD menyenangkan tersebut memang awalnya terkendala, terutama pada tenaga pengajar yang ada di SD, lantaran baru dilaunching. Apalagi selama ini guru-guru SD sudah terpola cara mengajarnya tidak seperti di PAUD belajar sambil bermain.
“Akan tetapi di PMM oleh Kemendikbud sudah ada disiapkan modul contoh-contoh video bagaimana cara mengajar yang menyenangkan. Jadi kalau masih ada guru yang kurang paham, bisa belajar melalui video contoh dari kabupaten kota dan Kemendikbud sendiri, makanya kita bisa juara 1 karena terbanyak,” papar Liana.
Penyempurnaan akan dilakukan karena hal ini baru awal. Penyempurnaan akan dilakukan terhadap tenaga pengajar SD karena ada yang masih kaku dan belum terbiasa, khususnya pada guru kelas I dan II untuk lebih banyak memberikan bimbingan.
Liana menuturkan, penghargaan terbaik I Wiyata Dharma Utama bagi Kabupaten Banjar dan satu-satunya di Provinsi Kalimantan Selatan tidaklah mudah. Karena luasan Kabupaten Banjar dengan 20 kecamatan terdapat sekitar 447 unit PAUD dan 371 unit SD yang harus dilakukan bimbingan dan pembinaan.
Kabar terbaru di bidang pendidikan, tanggal 17 November 2023 tadi Kabupaten Banjar kembali akan menerima penghargaan nasional Terbaik I Ki Hadjar di Jakarta yang akan diterima oleh Bupati Banjar H Saidi Mansyur. Dimana tranformasi pembelajaran digital mulai PAUD, SD hingga SMP.
"lhamdulillah, ini kerja keras semua pihak, bukan kadisnya, bukan kabidnya tapi semua pihak termasuk semua guru yang sama-sama berjuang," tutupnya.