bakabar.com, RANTAU - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapin memperkuat kesiapsiagaan menghadapi musim penghujan yang berpotensi memicu berbagai bencana alam, khususnya bencana hidrometeorologi.
Upaya mitigasi dilakukan secara terstruktur dan terpadu berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) Tapin 2023–2028. Fokus utama diarahkan kepada potensi banjir dan tanah longsor yang menjadi ancaman dominan.
Kepala Pelaksana BPBD Tapin, M Nor, menjelaskan penguatan kesiapsiagaan tidak hanya dilakukan melalui mitigasi fisik, tetapi juga peningkatan kapasitas masyarakat dan koordinasi lintas sektor.
“Bencana yang paling sering terjadi di Tapin adalah banjir. Namun sekarang masih dalam kategori terkendali, karena curah hujan berada dalam intensitas sedang,” paparnya.
Sebagai langkah pencegahan, BPBD Tapin mengintensifkan sosialisasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di tingkat TK, SD, hingga SMP. Juga dibentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) dan melaksanakan aksi bersih sungai melalui program Balarut di Banyu Sungai Tapin.
“Selain mitigasi fisik, kami juga memperkuat koordinasi lintas sektor melalui apel kesiapsiagaan dan rapat gabungan, serta meningkatkan komunikasi publik dengan pemasangan imbauan dan sistem peringatan dini,” jelas M Nor.
Adapun bencana hidrometeorologi terakhir terjadi Oktober 2025 lalu di Desa Mekarsari, Kecamatan Binuang, berupa banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor.
BPBD Tapin juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem, terutama hujan lebat yang disertai angin kencang.
“Perubahan cuaca yang cepat, seperti panas kemudian tiba-tiba mendung, berpotensi menimbulkan angin puting beliung dan hujan lebat. Jika berada di lokasi dengan banyak pepohonan, sebaiknya menghindar untuk mengantisipasi pohon tumbang,” pesannya.
Sementara Team Rescue Tapin (TRT) menyatakan kesiapan relawan dalam mendukung penanganan bencana di daerah tersebut. Koordinator TRT, Yosie Rahman, menegaskan bahwa koordinasi dengan BPBD Tapin berjalan dengan baik.
“Kesiapan relawan cukup baik, baik dari sisi tenaga maupun peralatan yang tersedia. Koordinasi dengan BPBD juga lancar,” paparnya.
Meski masih ditemui keterbatasan sarana dan prasarana, hal ini tidak mengurangi semangat para relawan dalam membantu masyarakat yang terdampak bencana. Pun kesadaran masyarakat Tapin terhadap kebencanaan cukup tinggi, terutama dalam hal penyampaian informasi darurat.
“Alhamdulillah perhatian pemerintah juga baik. Harapan kami kedepan adalah jaminan keselamatan relawan terus diperhatikan dan sarana pendukung dapat lebih ditingkatkan,” pungkas Yosie.









