bakabar.com, BANJARMASIN – Para sopir truk di Kalimantan Selatan buka-bukaan mengenai alasannya mogok massal di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin.
Belakangan waktu ini solar tak hanya langka melainkan harganya juga melejit.
Ironisnya, kata mereka, meningkatnya harga solar justru terjadi di hampir seluruh SPBU di Kalsel.
Padahal, Pertamina telah menetapkan harga solar bersubsidi tak boleh melebihi Rp 5.150 per liter.
Kusnun Supriadi, salah seorang sopir truk asal Banjarmasin acap kali membayar solar di atas harga eceran tertinggi.
"Harga solar subsidi sudah ditetapkan pemerintah sebesar Rp 5.110, nyatanya ada SPBU yang menaruh harga Rp 5.500 sampai Rp 6.500," ungkapnya di sela demonstrasi, Senin (1/11).
Belum lagi, kata Kusnun, mereka harus antre hingga berhari-hari demi solar subsidi.
Mereka biasanya antre di bahu jalan dekat kawasan SPBU. Karenanya, para sopir harus mengeluarkan ongkos tambahan dengan iming-iming biaya parkir kepada "preman jalanan".
Itu hanya ongkos parkir, jika sampai malam, Kusnun bilang tarifnya beda lagi.
"Satu malam itu bisa Rp30 ribu, katanya untuk ongkos jaga malam. Ada juga kalau mau jadi prioritas, bayar parkirnya lebih mahal," ujarnya.
Kondisi ini diakuinya sudah terjadi hingga 4 bulan terakhir. Lama-kelamaan, menurutnya para sopir truk pikir-pikir untuk membeli solar subsidi di SPBU.
"Kemarin saya terpaksa beli di eceran. Itu pun hanya bisa dapat 16 liter aja dengan harga Rp8 ribu per liter," kata Kusnun.
Kusnun juga berharap pihak berwajib bisa menertibkan oknum-oknum seperti ini, khususnya para pelangsir di SPBU.
"Kalau kami dari sopir ini tidak masalah untuk para pelangsir yang cari nafkah (berjualan eceran) karena kuotanya sedikit. Tapi, kalau yang melangsir 3-4 ratus liter, itu yang jadi masalah," pungkasnya.
Seperti diketahui, kelangkaan solar bersubsidi tengah terjadi di Kalimantan Selatan. Tadi pagi, ratusan sopir angkutan menggelar demo buntut dari kelangkaan ini.
Sanksi Pertamina
Pertamina menyiapkan sanksi bagi SPBU yang kedapatan menyelewengkan harga BBM.
“Sanksinya berupa tidak dikirim pasokan BBM ke SPBU-nya dalam jangka waktu tertentu, tergantung beratnya pelanggaran,” ujar Unit Manager Communications, Relations & CSR Pertamina MOR VI Kalimantan, Susanto Agustus Satria, Senin (1/11).
Dalam demo tadi, para sopir juga mendesak agar pelangsiran di SPBU ditertibkan. Para sopir menduganya sebagai biang kerok kelangkaan.
Dugaan ini selaras dengan pernyataan Satria, yang memastikan tak ada penurunan suplai solar subsidi dari Pertamina untuk Kalsel.
“Tidak ada penurunan suplai, kita salurkan sesuai kuota yang ditetapkan Regulator. Stok aman dan tersedia,” ujar Satria.
Satria mencatat hingga September Pertamina telah menyalurkan solar sekitar 147 kilo liter untuk kebutuhan Kalsel.
“Hingga September sudah disalurkan sekitar 147 ribu KL (kilo liter) Solar JBT (Jenis BBM Tertentu) di Kalsel,” imbuhnya.
Lantas apakah sudah ada laporan masuk ke Pertamina soal pelangsiran di SPBU ini?
Satria mengaku hingga saat ini belum ada yang masuk. Kendati begitu, ia meminta masyarakat turut berperan aktif melaporkan apabila menemukan praktik culas tersebut.
“Jangan sungkan untuk melaporkan, akan kita telusuri dan jika terbukti ada kesalahan akan kami tindak sanksi sesuai aturan si SPBU-nya. Bisa menghubungi call center di 135,” katanya.