bakabar.com, JAKARTA – Empat hari dicari, black box atau kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, berhasil ditemukan, Selasa (12/1) sore.
Seperti dilansir CNN, black box tersebut ditemukan sejumlah penyelam dan diangkut menggunakan KRI Rigel ke Posko JICT di Tanjung Priok.
Berbentuk bulat dan berwarna oranye, black box berisi data penerbangan. Data dari perangkat ini bisa digunakan untuk mengungkap penyebab insiden pesawat.
Perangkat ini terdiri dari Cockpit Voice Recorder (CVR) atau percakapan dalam kokpit pesawat, serta Flight Data Recorder (FDR) atau rekaman data penerbangan.
FDR terus merekam beragam data tentang semua aspek pesawat, ketika terbang dari satu tempat ke tempat lain.
Sementara CVR merekam percakapan di dek penerbangan dan suara-suara seperti transmisi radio dan alarm otomatis.
Black box juga dilengkapi perangkat yang dikenal sebagai Underwater Locator Beacon (ULB). Perangkat tersebut akan aktif, ketika perekam bersentuhan dengan air dan dapat mengirimkan sinyal dari kedalaman 14.000 kaki.
Dengan penemuan black box, penyebab kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 diharapkan tersebut segara terungkap
Sebelumnya Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), memperkirakan pesawat tersebut tidak meledak sebelum jatuh.
“Menggunakan data awal, kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi, hidup sebelum pesawat membentur air,” papar Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, seperti dilansir BBC.
KNKT sendiri memiliki waktu setahun untuk menuntaskan penyelidikan kecelakaan pesawat. Adapun tahapan proses penyelidikan dimulai dari persiapan, turun ke lapangan, pengumpulan data, analisis, dan membuat kesimpulan.
“Kalau sudah lengkap semua data, terakhir menyesuaikan dengan black box. Untuk membaca informasi black box dan analisis, perlu waktu setahun,” tandas Soerjanto.
Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1), seusai lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Sedianya pesawat tersebut menuju Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.