Kalsel

Bijak Gunakan Medsos, Tangkal Radikalisme

apahabar.com, BANJARMASIN – Penyalahgunaan media sosial (medsos) jadi salah satu sarana dalam penyebaran paham radikal. Namun,…

Featured-Image
Kegiatan rembuk bersama aparatur kelurahan dan desa melalui literasi informasi di Rattan In, Banjarmasin Kamis (24/10). Foto-apahabar.com/Musnita Sari

bakabar.com, BANJARMASIN – Penyalahgunaan media sosial (medsos) jadi salah satu sarana dalam penyebaran paham radikal. Namun, untuk menangkal itu, pengguna harus bijak menyaring informasi yang diterima dan disebarkan.

Mantan ketua dewan pers, Yosep Stanley Adi Prasetyo menilai masyarakat Indonesia umumnya, belum sepenuhnya bijak dalam menggunakan teknologi untuk menyebar informasi. Sehingga rentan sekali dampaknya.

“Masyarakat kita umumnya menggunakan hp untuk menyebar informasi tetapi mereka belum cukup untuk mendapatkan detail membedakan informasi yang benar dan palsu,” ungkap Stanley saat ditemui bakabar.com dalam kegiatan rembuk bersama aparatur kelurahan dan desa melalui literasi informasi di hotel Rattan In, Kamis (24/10) .

Karenanya, masyarakat memerlukan edukasi seperti literasi digital. Sebab umumnya mereka menggunakan teknologi tersebut dalam lingkup pribadi.

Acara yang digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) diharapkan dapat menjadikan masyarakat memahami literasi digital dengan baik.

“Masyarakat akan lebih dewasa dan tidak mudah tersulut konflik. Mereka akan punya ketahanan apalagi kalau dikombinasikan dengan kearifan lokal,” papar dia.

Menjadi pemateri dalam kegiatan ini, Stanley memaparkan kepada peserta bagaimana membendung berita hoaks.

“Mereka belajar membantah, karena hoaks menjadi bagian dari kelompok radikal atau kelompok ekstremitas untuk mengadu domba,” kata dia.

Media sosial menjadi alat perang asimetris atau perang proxy, yang menurut Stanley tidak tampak secara fisik.

“Kita tahu bahwa kelompok teroris juga menggunakan media sosial untuk merekrut, melakukan paparan bahkan ada yang mengawinkan pasangan melalui media sosial,” ungkap dia.

Peserta yang mengikuti kegiatan rembuk bersama ini akan diberikan keterampilan lebih dalam memahami persoalan dan terlibat secara langsung dalam mencegah paham radikalisme maupun terorisme.

“Jangan sampai hoaks memecah belah bangsa kita, paham radikalisme menyentuh masyarakat yang dasarnya sangat agamis,” imbuhnya.

Baca Juga: Bijak Gunakan Medsos, Tangkal Radikalisme

Baca Juga: Cegah Radikalisme, BNPT dan FKPT Rangkul Aparatur Kelurahan dan Desa

Baca Juga: Warga Diimbau Waspada Potensi Radikalisme di Kalsel

Baca Juga: Komentar Kepala Kesbangpol soal Radikalisme di Tanbu

Baca Juga: Radikalisme Muncul karena Fanatisme Berlebihan

Reporter : Musnita Sari
Editor : Ahmad Zainal Muttaqin

Komentar
Banner
Banner