Tak Berkategori

Berumur Satu Abad, Ternyata Begini Sejarah Kampung Pangambangan

apahabar.com, BANJARMASIN – Warga Banjarmasin tentu tidak asing dengan Kampung Pangambangan. Kampung yang penduduknya secara turun…

Featured-Image
Ilustrasi kampung di Tanah banjar tempo dulu. Foto-gorden313.yolasite.com

bakabar.com, BANJARMASIN – Warga Banjarmasin tentu tidak asing dengan Kampung Pangambangan. Kampung yang penduduknya secara turun temurun berprofesi sebagai pembuat dan penjual kambang berenteng atau bunga yang dironce.

Kampung Pangambangan sekarang (2019), selain menjadi nama kampung juga menjadi nama yang termasuk dalam kecamatan Banjarmasin Timur, kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Benua Anyar, Kelurahan Kuripan, Kelurahan Sungai Bilu serta Sungai Martapura.

Konon, kampung Pangambangan sudah berumur ratusan tahun, bagaimana sejarahnya?

Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya Kalimantan (LKS2B), Mansyur mengungkapkan, kampung Pengambangan di Kota Banjarmasin, diperkirakan sudah berstatus kampung sejak akhir Abad ke-19.

Baca Juga:Apa Kabar Kota Tua Kampung Sungai Jingah Banjarmasin?

Berdasarkan sumber tertulis Hindia Belanda pada tahun 1890, Distrik Banjarmasin dengan Kota Banjarmasin sebagai ibukotanya, terdata ada 32 buah kampung. Satu diantaranya adalah Kampung Pangambangan.

“Pada kurun waktu itu kampung Pangambangan bergabung dengan Sungai Lulut sehingga bernama Kampung Sungai Lulut-Pangambangan,” ujarnya kepada bakabar.com, Rabu (6/2).

Dalam pengaturan administratif, seperti terdapat dalam Atlas van het koningrijk der Nederlanden en zijne overzeesche bezittingen oleh F. E. Brugsma, pada masa Hindia Belanda, Banjarmasin menjadi wilayah Afdeeling Bandjermasin en Ommelanden (Afdeling Banjarmasin dan daerah sekitarnya) antara tahun 1898-1930.

Banjarmasin berada di bawah Karesidenan Borneo bagian Selatan dan Timur yang ditetapkan melalui Staatblad atau lembaran negara tahun 1898 No.178. Pada tahun 1898, residen Belanda di Tatas adalah C.A. Kroesen (1898). Sementara untuk mengatur pemerintahan di Afdeeling Banjarmasin, dipimpin Asisten Residen E.B. Masthoff.

Kemudian, lanjut Mansyur, berdasarkan sumber lisan warga kampung, dinamakan Kampung Pengambangan berasal dari kata "kambang" (Bahasa Banjar yang berarti bunga, red). Kemudian terdapat kisah Nenek Randa yang menjadi nenek moyang pembuat rangkaian kembang di Pangambangan.

"Kata 'pangambangan' maksudnya orang yang pekerjaannya membuat rangkaian bunga yang dironce khusus untuk berbagai upacara seperti untuk perkawinan maupun kematian. Pekerjaan ini banyak ditekuni oleh warga Kampung Pangambangan, sejak awal berdirinya kampung ini hingga dua dekade tahun 2000-an," ujar dosen Jurusan Sejarah FKIP ULM tersebut.

Mansyur mengutip tulisan Idwar Saleh (1982), kampung Pengambangan posisinya berada di Antasan Pangambangan. Sebelum dibuka pada Abad ke-19 ternyata masih berupa hutan belantara, penuh babi hutan dan monyet.

Pada saat itu sudah terdapat Kampung Keraton, tempat tinggal Menteri Besar. Kemudian pada kampung ini didirikan Istana Pangeran Syarif Hasyim pada masa Sultan Adam. Letaknya di pinggir Sungai Martapura, antara dua buah sungai yang ujungnya memotong jalan Kampung Melayu Darat sekarang.

“Pada istana inilah Sultan Adam bertempat tinggal tahun 1856-1857. Kemudian didirikan juga sebuah Balai Kaca di dekat muara Sungai Bilu.”

Terdapat kampung terjauh dari ujung sungai ini, yakni kampung bernama, "Ujung Banua". Sultan memerintahkan agar penduduk segera membuka rimba di sebelah kampung Ujung Banua itu untuk menjadikannya kebun buah-buahan.

"Rencana ini gagal karena tanaman ini habis dirusak oleh babi hutan dan monyet. Oleh karena itu Sultan memerintahkan agar kebun buah buahan dirombak menjadi kebun bunga bungaan."

Dalam Bahasa Banjar dikenal dengan istilah kakambangan (bunga-bungaan). Daerah inilah yang menghasilkan kembang yang terdapat di berbagai pasar di Banjarmasin sampai sekarang.

Karena babi dan monyet tidak mengganggu tanaman kembang (bunga), maka tanaman ini dapat dipelihara. Untuk memudahkan pengangkutannya digalilah sebuah terusan dekat kampung Ujung Banua dan tembusannnya dekat kampung Sungai Lulut.

Akibat derasnya arus, lambat laun terusan itu menjadi besar dan kemudian dinamakan Antasan Pengambangan. Antasan ini bisa dilewati perahu-perahu besar dan kecil.

Adanya antasan ini sangat memudahkan lalu lintas ke Banjarmasin. Pengebun bunga di wilayah tersebut selanjutnya mendirikan rumah-rumah sepanjang antasan ini. Akhirnya berdirilah sebuah kampung yang dinamakan Pengambangan (kampung orang berkebun bunga).

Pada masa kemerdekaan, Kampung Pengambangan masuk dalam wilayah Kelurahan Pengambangan, Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Propinsi Kalimantan Nomor 7/1066/PEM/1977 tanggal 17 Mei 1977, Kelurahan Pengambangan terdiri 3 (tiga) wilayah kampung.

Pertama Kampung Pengambangan. Kedua, Kampung Banua Anyar yang sekarang menjadi Kelurahan Banua Anyar. Ketiga, Kampung Sungai Lulut yang melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/502 tanggal 22 September 1980 menjadi Kelurahan Sungai Lulut.

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner