kasus stunting

Bertemu Ibu Usia 26 yang Memiliki Anak 9 Tahun, Kepala BKKBN: Menikah Usia Berapa?

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo heran saat bertemu dengan Indah, seorang ibu rumah tangga berusia 26 tahun.

Featured-Image
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo saat mengunjungi RSD Soebandi Jember, Selasa (31/01). (Foto: apahabar.com/Ulil Albab)

bakabar.com, JEMBER - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo heran saat bertemu dengan Indah, seorang ibu rumah tangga berusia 26 tahun, namun sudah memiliki anak usia 9 tahun.

Hasto kemudian bertanya lebih lanjut kepada Indah, salah satu warga yang hadir dalam sosialisasi program KB di RSD Soebandi Jember, Selasa (31/01).

"Ibu usia 26 tapi sudah punya anak usia 9 tahun, terus menikahnya usia berapa?," tanya Hasto.

Indah pun tidak menjawab secara spesifik, namun ia menyebut di desa tempat tinggalnya usia 15 tahun sudah disarankan untuk menikah bagi masyarakat setempat. Mengenai kebiasaan di tempatnya tinggal, Indah tidak memiliki pilihan.

Baca Juga: BKKBN Temukan Ketimpangan Data Kasus Stunting di Jember

"Di desa saya usia minimal 15 tahun sudah disarankan untuk menikah. Sudah banyak seperti itu," kata Indah menjawab pertanyaan Hasto.

Hasto kemudian memberi sejumlah arahan terkait jarak hamil anak pertama dan kedua, minimal 3-5 tahun. Indah sendiri saat ini memiliki 2 anak dengan selisih kelahiran cukup lama. Terkait hal tersebut, Hasto mengapresiasi.

"Anak kedua, umur 2,5, jaraknya bagus. Berarti pertama melahirkan usia 17 tahun," kata Hasto.

Ajak Sosialisasikan Batas Minimal Usia Pernikahan

Dalam kesempatan tersebut, Hasto meminta agar Indah turut mensosialisasikan kepada tetangganya tentang batas minimal usia pernikahan.

"Aturan yang benar paling cepat usia 20 tahun lah. Jadi tetangga-tetangga dikasih tahu kalau menikah usia 20 ya," katanya.

Hasto mengatakan usia pernikahan dini juga mendorong tingginya angka stunting. Apalagi dia menyebut target Agenda for Sustainable Development Goal's atau SDGs 2030 cukup berat untuk menurunkan angka stunting di Indonesia.

Baca Juga: Gegara Marak Pernikahan Dini, Jember Jawara Kasus Stunting di Jatim

"Fokus menurunkan Kemiskinan Ekstrem, Kematian Ibu Bayi, dan Stunting. SDGs 2030 juga targetnya menantang, kematian ibu dan bayi harus turun," kata Hasto.

Pengadilan Tinggi Agama Surabaya tahun 2022 lalu, mencatat Jember menduduki angka dispensasi kawin (diska) tertinggi, yaitu 1.388 permohonan, dengan rasio 0,25 persen dari seluruh jumlah penduduk di Jember.

Dalam kesempatan tersebut, Hasto juga menekankan agar para ibu-ibu di Jember melakukan KB, mulai dengan metode IKB IUD, susuk, pil hingga kondom.

Editor


Komentar
Banner
Banner