Atlet Tenis Meja Kotim

Berkeringat di Lapangan, Terjebak di Meja Anggaran: Nasib Ironis Atlet Kotim

Perjuangan atlet muda Kotim, ajang olahraga kembali menuai perhatian publik, nasib mereka justru tersendat karena masalah anggaran.

Featured-Image
Jefri Ramaditya (baju merah), atlet Tenis Meja Kotim, yang juara di Seleksi Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2025 tingkat Kalimantan Tengah. Foto: PTMSI Kotim.

bakabar.com, SAMPIT - Perjuangan atlet muda Kotawaringin Timur (Kotim) di ajang olahraga kembali menuai perhatian publik.

Setelah tampil penuh semangat hingga meraih juara di Seleksi Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2025 tingkat Kalimantan Tengah, nasib mereka justru tersendat bukan karena kalah bertanding, melainkan terjebak di persoalan klasik, ketiadaan anggaran.

Adalah Jefri Ramaditya, pelajar SMAN 1 Sampit, yang berhasil keluar sebagai juara 1 cabang tenis meja di Palangka Raya, 25–26 September 2025. Prestasi itu otomatis mengantarnya ke Popnas tingkat nasional di Jakarta pada November mendatang. Sayangnya, kepastian keberangkatannya masih tanda tanya.

“Kata Dispora Kalteng, untuk biaya ke nasional itu dibebankan ke kabupaten masing-masing. Kalau Pemkab Kotim tidak turun tangan, bisa saja Jefri gagal berangkat. Sangat disayangkan kalau juara daerah hanya berhenti di sini karena alasan biaya,” ungkap pendamping atlet tenis meja Kotim, Yahya, saat dikonfirmasi, Minggu (28/9/2025).

Ironi ini semakin tajam mengingat perjalanan Jefri menuju gelar juara pun penuh keterbatasan. Dari empat atlet tenis meja yang disiapkan Kotim, hanya dua yang bisa berangkat karena biaya ditanggung sendiri. 

Mereka juga datang tanpa perlengkapan resmi, berbeda dengan kontingen kabupaten lain yang didukung penuh Pemkab masing-masing.

“Anak-anak hanya berbekal pakai baju latihan. Mental mereka sempat tertekan karena melihat atlet dari daerah lain tampil dengan pakaian resmi dan didampingi langsung Dispora. Tapi syukurlah Jefri tetap bisa membuktikan diri,” tambah Yahya.

Fakta bahwa atlet Kotim bisa juara meski tanpa fasilitas membuat banyak pihak menilai pemerintah daerah abai terhadap pembinaan olahraga. Padahal, Kotim pernah mencatat sejarah sebagai juara umum cabang tenis meja pada Porprov sebelumnya dengan raihan tiga emas.

“Kami juga tidak memiliki gedung latihan. Semua ditanggung secara mandiri. Kalau pembinaan atlet dibiarkan tanpa perhatian, bagaimana bisa melahirkan atlet berprestasi. Apalagi tahun depan kita menghadapi Porprov,” kritik Yahya.

Menanggapi kondisi tersebut, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kotim menyatakan akan berupaya memastikan atlet yang lolos ke tingkat nasional tetap dapat bertanding.

“Dispora tahun ini anggarannya memprihatinkan. Jadi kondisinya memang kemarin kami tidak ada anggaran. Namun kita berusaha sekuat tenaga, kalau sampai nasional nanti kami bijaki,” kata Kepala Dispora Kotim, Wiyono.

Ia mengakui, tahun ini pihaknya benar-benar mengalami keterbatasan anggaran sehingga tidak mampu membiayai keberangkatan atlet ke seleksi Popnas tingkat provinsi di Palangka Raya. Bahkan sejumlah kegiatan pembinaan lain juga ikut tertunda.

“Memang tidak ada anggaran untuk memberangkatkan atlet Popnas ke provinsi. Kalau ada, wajib kita support. Berbeda dengan tahun lalu, kami bisa mengalokasikan anggaran,” ujarnya.

Meski begitu, Wiyono menegaskan apabila ada atlet yang berhasil lolos ke tingkat nasional, Dispora akan mengupayakan dukungan penuh.

 “Kalau sampai nasional, kami usahakan bisa dibantu dari anggaran perubahan,” pungkasnya.

Kini, harapan tertuju pada Pemkab Kotim agar janji dukungan ini benar-benar terwujud. Bukan hanya demi memastikan Jefri tampil di panggung nasional, tetapi juga sebagai wujud keseriusan pemerintah kabupaten dalam membina atlet muda Kotim agar tidak lagi berjuang dalam keterbatasan.

Editor


Komentar
Banner
Banner