Tak Berkategori

Beralih ke Umbi-umbian, Pemprov Kalsel: Itu Bagus

apahabar.com, BANJARMASIN – Sebagai pengganti beras, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalsel menilai umbi-umbian baik…

Featured-Image
ILUSTRASI: Petugas menunjukan stok beras di Gudang Bulog Baru Cisaranten Kidul Sub Divre Bandung, Jawa Barat, Senin (16/10/2018). Perum Bulog menyatakan Indonesia tahun ini mengalami surplus beras hingga mencapai 4,2 juta ton, 1,8 juta ton di antaranya beras impor yang diperkirakan akan cukup hingga 2019 mendatang. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj.

bakabar.com, BANJARMASIN – Sebagai pengganti beras, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalsel menilai umbi-umbian baik bagi kesehatan.

Umbi-umbian umumnya merupakan sumber karbohidrat pengganti beras saat musim paceklik tiba.

“Untuk sehari tanpa mengonsumsi nasi atau diversifikasi itu juga bagus,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kalsel Syamsir Rahman sembari mengatakan Kalsel tak memiliki permasalahan pada stok ketersediaan beras. Dinas Ketahanan Pangan Kalsel sudah mengklaim stok beras sampai setahun ke depan aman. Stok yang ada mencapai 200 ton beras.

Namun, Pemprov Kalsel merasa sudah saatnya mengurangi ketergantungan masyarakat akan beras melalui program keanekaragaman atau diversifikasi pangan.

Diversifikasi dimaksud, yakni program penanaman tanaman pangan selain beras, berupa jagung dan ubi.

Selain diversifikasi, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, kata Syamsir turut mengampanyekan program satu hari tanpa nasi.

“Apa yang dikampanyekan gubernur Kalsel untuk keanekaragam pangan selain beras, berupa jagung, ubi, dan pisang cukup baik untuk kesehatan,” jelas dia.

Syamsir menilai program diversifikasi nasi akan sangat baik untuk menunjang kesehatan masyarakat.

Seperti diketahui, nasi memiliki kandungan gula yang cukup tinggi. Yang memiliki masalah dengan kandungan gula tentu akan baik mengonsumsi jagung, ubi, dan pisang, ketimbang beras.

Sesuai fakta di lapangan konsumsi beras atau nasi masyarakat Kalsel terus menurun. Faktor gaya hidup modern dan gencarnya kampanye pangan non-beras ikut memengaruhi.

Berdasarkan hasil survei 2005, tercatat tingkat konsumsi beras per kapita masyarakat 139 kilogram (Kg) per tahun.

Kemudian mengalami penurunan pada 2010 menjadi 124 Kg/tahun, dan terakhir menjadi 108 Kg/tahun.

Pada 2018, Dinas Ketahanan Pangan mencatat konsumsi beras per kapita mencapai 97 Kg/tahun. Makanya, pada 2019 ini konsumsi beras ditarget turun menjadi 96 Kg/kapita.

Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner