bakabar.com, BANJARMASIN - Untuk menjawab revolusi mental para generasi muda khususnya mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lambung Mangurat (BEM ULM) Banjarmasin melaksanakan kegiatan seminar sekaligus lomba karya tulis ilmiah (LKTI) tingkat nasional. Ajan diberi nama Zona Ilmiah 2019, ini diikuti peserta dari seluruh Indonesia.
"Untuk LKTI sudah sampai tahap grand final, seminar kali ini sekaligus sebagai penyambutan bagi peserta yang datang ke Banjarmasin," ungkap Ketua Pelaksana Zona Ilmiah 2019, Aulia Rahmi disela acara seminar nasional kepada bakabar.com, Kamis (29/8) siang.
Seleksi LKTI telah dilakukan sejak April lalu. Tahapan diawali dengan pendaftaran dan pengumpulan abstrak. Dari 52 tim, Aulia menyebutkan, pada tahap pertama peserta terjaring menjadi 27 tim.
Selanjutnya adalah tahapan pengumpulan full paper, peserta yang maju ke tahap ini berkurang menjadi 14 tim.
"Jadi satu tim bisa diikuti 2-3 orang. Sebenarnya ada 15, tapi karena ada satu tim yang pernah mengikutkan karyanya di lain jadi tersisa 14 tim saja," sebut mahasiswa Fakultas Hukum ini.
Tahapan terakhir adalah presentasi hasil karya tulis, hanya 12 tim yang datang ke Banjarmasin untuk mengikuti proses Grand Final kali ini. Mereka akan menampilkan karyanya dihadapan tiga juri pilihan yaitu ketua yayasan STIE Indonesia, Direktur Pasca Sarjana ULM, dan Pihak Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin.
Salah satu peserta asal Universitas Negeri Malang, Zakiyatul Aliyah menampilkan karya Dekan (Deteksi Makanan), berupa inovasi aplikasi smartphone pendeteksi makanan palsu.
"Jadi cara kerjanya scanning barcode pada makanan kemasan, nanti diketahui ada atau tidak ada izin edarnya," jelas Mahasiswi Geografi Fakultas Ilmu Sosial UM ini.
Ide pembuatan aplikasi tersebut didapatkan bersama dua rekannya, Rahmatul Umaroh dan Gading Dita Indrasari. Namun proses pengerjaan, dibantu oleh teman-teman mereka dari prodi Teknik Informatika.
Proses pengerjaan sekitar 3 pekan. Karena karya yang dilombakan masih berbentuk setengah jadi atau purwarupa, maka tidak memerlukan biaya yang banyak.
"Keunggulannya bisa diinstall secara offline tanpa menggunakan akun dan sizenya juga kecil hanya 3,47 mb. Lalu kekurangannya saat ini hanya bisa digunakan di Android saja untuk sementara," jelasnya.
Bersaing dengan para peserta dari 10 Universitas ternama di Indonesia, Zakiyatul dan tim tetap optimis dapat memenangkan perlombaan ini.
Baca Juga: Aplikasi 'Eraterang' PN Rantau Siap Layani Masyarakat Tapin
Baca Juga:Ini 4 Permasalahan dan Solusi saat Gunakan Aplikasi APAPO
Reporter: Musnita Sari
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin