bakabar.com, BANJARMASIN – Untuk kali kedua, Ibnu Sina kembali mengemban jabatan wali kota Banjarmasin. Di periode keduanya ini, Ibnu berpasangan dengan Ariffin Noor yang dulunya kepala Dinas Pekerjaan Umum.
Pengalaman keduanya kian dinanti warga ibu kota Kalsel dalam menyelesaikan sederet pekerjaan rumah (PR).
“Program jangka pendek dan jangka panjangnya harus segera dikerjakan,” kata Wakil Ketua DPRD Banjarmasin, Matnor Ali saat berbincang dengan bakabar.com, Senin (28/6).
Program jangka pendek dimaksud adalah membereskan pengerjaan sungai yang mampet serta pembongkaran jembatan yang sudah dipetakan oleh Dinas PUPR Banjarmasin tapi belum selesai dikerjakan oleh Satgas Normalisasi Sungai.
“Normalisasi sungai sekarang jalan di tempat,” ujar politikus Golkar itu.
Air Pasang Mengancam, Normalisasi Sungai Banjarmasin Jalan di Tempat
Sementara jangka panjangnya adalah membuat bendungan buka-tutup di sungai yang terintegrasi dengan Sungai Martapura hingga ke muara laut.
“Seperti bendungan buka-tutup Sungai Gardu Kuripan terintegrasi ke Sungai Veteran dan Martapura. Kemudian Sungai Teluk Dalam dengan Trisakti dan lainnya,” kayanya.
Selain normalisasi sungai, pekerjaan yang mesti dituntaskan adalah pembangunan yang sesuai dengan RKPD Pemkot Banjarmasin.
Termasuk melanjutkan pembuatan jembatan HKSN-Kuin Cerucuk serta penyelesaian Rumah Sakit Sultan Suriansyah yang belum 100 persen.
Setengah Hati Normalisasi Sungai di Banjarmasin, “Jangan Tertunda Pilkada”
Kemudian lagi, kata Matnor, pemulihan ekonomi di Kota Banjarmasin serta penanganan virus Covid-19 yang masih merajalela.
Saat ini, Banjarmasin tengah dihadapkan dengan ancaman penularan Delta, varian baru Covid-19. Virus yang merebak di India itu kini sudah menginvasi Kalimantan Timur hingga Kalimantan Tengah.
Matnor berpendapat kurang tepat rencana Ibnu-Ariffin membuka kembali sejumlah tempat wisata.
“Sebaiknya, jangan dulu. Walaupun Banjarmasin sudah zona hijau namun masih kita tingkatkan kewaspadaan, kita belajar seperti Jakarta dengan dibuka kembali kawasan wisata, sekarang menjadi zona merah semua,” ujarnya.
Varian Delta Mengancam, Banjarmasin Mau Buka Sejumlah Tempat Wisata
Sebagai informasi, kasus Covid-19 di Banjarmasin belum juga mereda. Dinkes Banjarmasin mencatat 9.262 kasus terkonfirmasi Covid-19, 83 kasus aktif, sembuh 8968 pasien, dan 211 meninggal dunia hingga Minggu (27/6). Dibanding dua hari sebelumnya, angkanya terus naik. Pada Jumat (25/6) tercatat 8937 total kasus, 82 kasus aktif, 8.937 sembuh, dan 210 meninggal dunia.
Covid-19 varian Delta disebut memiliki daya transmisi virus 30 sampai 100 persen lebih tinggi. Dan, dua kali lebih besar risikonya untuk dirawat di rumah sakit dibanding varian Alpha dari Inggris (B.1.1.7).
Sekali lagi, Matnor meminta Pemkot Banjarmasin memikirkan kembali rencana tersebut.
“Tidak ada keuntungannya jika kawasan wisata dibuka, peningkatan PAD pun tidak. Justru nantinya bisa mendapatkan mudarat bila terjadi peningkatan Covid-19. Kita tahu Banjarmasin menyumbang terbesar kasus terpapar Covid-19 jika dibandingkan dengan kabupaten atau kota se-Kalsel yang di atas 9 ribu ke atas,” ujarnya.
Lebih Berbahaya! Wali Kota Banjarmasin Waswas Invasi Varian Delta
Ada benarnya apa yang dikatakan Matnor. Baru tadi, Presiden Joko Widodo meminta pemerintah daerah bekerja lebih ekstra menghadapi ancaman Covid-19 varian Delta.
"Kita menemukan adanya varian baru khususnya pada Delta yang transmisinya penularannya lebih cepat daripada varian yang pertama masuk di Indonesia ini. Kemudian untuk menghadapi varian baru ini, sesuai arahan bapak Presiden tentunya kita harus bekerja keras, kita harus bekerja extra ordinary," tegas Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Ganip Warsito, dilansir Okezone, Senin (28/6).
Bekerja dengan extra ordinary, kata dia, yakni bekerja dengan dasar analisis data perkembangan kasus Covid-19 harian. "Yang dimaksud pekerjaan dengan extra ordinary ini adalah bekerja dengan langkah yang konkret, sekali lagi bekerja dengan langkah yang konkret di lapangan atas dasar analisa data perkembangan kasus Covid yang kita hadapi hari per hari," jelasnya.
Apalagi, kata Ganip, hingga saat ini kasus Covid-19 di Tanah Air terus mengalami lonjakan bahwa per hari menyentuh angka lebih dari 21.000 kasus. Bahkan, di wilayah Jakarta sendiri kasus Covid-19 harian lebih dari 9.000 kasus.
"Sampai dengan hari ini terus kita berjuang untuk mengendalikan menangani lonjakan Covid-19 yang sama-sama kita rasakan belum bisa kita turunkan sampai dengan hari ini. Kita ketahui bersama bahwa perkembangan pelonjakan kasus per hari secara nasional masih di atas 21.000, lalu khusus untuk Jakarta ini di atas 9.000," katanya.