Net Zero Emissions

Begini Strategi ESDM Dukung Bioenergi Berkontribusi pada NZE

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memaparkan beberapa strategi untuk mendukung peran bioenergi dalam berkontribusi pada net zero emission (NZE).

Featured-Image
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kontribusi bioenergi pada tahun 2025 terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) bioenergi sebesar 5,5 gigawatt (GW), biofuel sebesar 13,9 juta kiloliter (KL), biomassa sebesar 8,4 juta ton, dan biogas sebesar 499 juta meter kubik. Foto: itb.ac.id

apahabar,com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memaparkan beberapa strategi untuk mendukung peran bioenergi dalam berkontribusi pada net zero emission (NZE).

Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Edi Wibowo menjelaskan, bioenergi merupakan sumber EBT (energi baru terbarukan). Bioenergi memiliki karakteristik khusus berupa cair, padat maupun gas, dan mempunyai potensi dengan semua tingkat jenis sumber energi fosil di hampir semua sektor kehidupan masyarakat.

"Baik itu di sektor ketenagalistrikan, transportasi, industri rumah tangga, dan juga komersial," kata Edi yang hadir secara virtual dalam workshop Optimalisasi Refused-Derived Fuel untuk Dekarbonisasi Sektor Energi dan Pencapaian Target NDC di Indonesia (RDFact) yang diadakan oleh Resilience Development Initiative (RDI) di Kota Tangerang Selatan, Banten, Jumat (14/4).

Suasana workshop "Optimalisasi Refused-Derived Fuel untuk Dekarbonisasi Sektor Energi dan Pencapaian Target NDC di Indonesia (RDFact)" di Kota Tangerang Selatan, Banten, Jumat (14/4/2023). Foto: ANTARA
Suasana workshop "Optimalisasi Refused-Derived Fuel untuk Dekarbonisasi Sektor Energi dan Pencapaian Target NDC di Indonesia (RDFact)" di Kota Tangerang Selatan, Banten, Jumat (14/4/2023). Foto: ANTARA

Pengembangan bioenergi merupakan salah satu prioritas bagi keberhasilan sebagai salah satu strategi dalam pengembangan EBT. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kontribusi bioenergi pada tahun 2025 terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) bioenergi sebesar 5,5 gigawatt (GW), biofuel sebesar 13,9 juta kiloliter (KL), biomassa sebesar 8,4 juta ton, dan biogas sebesar 499 juta meter kubik.

Baca Juga: Percepat Transisi Energi, Potensi Bioenergi Indonesia Capai 57 Gigawat

"Pada tahun 2022 yang sudah mendekati dari target RUEN tadi adalah biofuel, yaitu dengan program mandatory biodiesel sudah mencapai 10,5 juta KL. Jadi, ini adalah potensi-potensi kita yang perlu kita kembangkan dan masih ada tantangan dalam waktu yang dekat ini," ungkap Edi

Berdasarkan realisasi tersebut ternyata masih ada gap yang sangat signifikan, kecuali untuk bahan bakar nabati dan yang lainnya masih agak jauh. Oleh karena itu, kata Edi, untuk mendukung peran bioenergi, beberapa program terus didorong seperti membangun PLT bioenergi berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Hijau 2021-2030 bersama dengan PT PLN (Persero).

"Program lainnya, yakni pengembangan cofiring biomassa di pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada," ungkapnya.

Pada 2025, program tersebut akan dilakukan di 113 unit PLTU dengan kapasitas 18.664 MW, membutuhkan 8,06 juta ton biomassa kayu dan 0,96 juta ton pelet berdasarkan sampah kota.

Baca Juga: Perhutani Kembangkan Bisnis Baru di Bidang Biomassa dan NBS

"Kemudian memastikan keberhasilan program mandatori BBN (bahan bakar nabati) dengan program B30 yang saat ini mulai 1 Februari (2023) sudah meningkat menjadi B35," ucap Edi.

Pemanfaatan biofuel akan mencapai 15,2 juta KL pada 2040 yang terdiri atas biodiesel sebesar 11,7 juta KL dan biohidrokarbon sebesar 3,5 juta KL. Selanjutnya, pengembangan dan pemanfaatan biogas secara langsung pada skala rumah tangga dan komunal.

Editor
Komentar
Banner
Banner