kesehatan

Beberkan Dampaknya, Dokter Spesialis Anak Sorot Tradisi Gebrak Bayi

Gebrak bayi merupakan tradisi yang masih ada di zaman sekarang, khususnya di daerah Jawa.

Featured-Image
Ilustrasi. Foto-Net

bakabar.com, BANJARMASIN - Gebrak bayi merupakan tradisi yang masih ada di zaman sekarang, khususnya di daerah Jawa.

Tradisi gebrak bayi dilakukan agar bayi tidak mudah ‘kagetan’. Namun tradisi ini justru disorot oleh dokter spesialis anak, dr Miza Dito Afrizal, SpA.

Dari unggahan di Instagram pribadinya, terlihat pada video awal ia memperlihatkan bagaimana prosesi ritual gebrak bayi dilakukan kepada bayi yang baru berumur 9 hari.

Terlihat seorang wanita paruh baya memukulkan sebuah baskom yang sudah dibungkus dengan kain di kasur tempat bayi itu diletakkan. Bayi itu pun langsung meregangkan tubuh lantaran kaget saat baskom tersebut dipukulkan di sampingnya beberapa kali.

Dokter Miza kemudian menjelaskan dari sisi medis tentang efek atau dampak bagi bayi bila dikagetkan seperti tradisi tersebut.

“Bayi baru lahir itu membawa refleks primitif yang ia bawa dari dia lahir, salah satu dari refleks primitif itu adalah refleks moro, seperti di dalam video tersebut, refleks moro itu adalah tanda bahwa otak bayi tersebut normal,” jelas dokter spesialis anak di RSIA Tumbuh Kembang tersebut, Minggu (4/6).

Menurut dokter Miza, refleks tersebut akan menghilang dengan sendirinya di usia 4-5 bulan, digantikan dengan refleks lainnya berupa kagetan dengan hal-hal sepele seperti bunyi bungkusan terbuka dan lainnya. Namun, Miza mengatakan bahwa bayi kaget selain hal yang normal, juga jangan dihindari karena hal tersebut adalah tanda sang bayi memiliki pendengaran dan otak yang normal.

“Dilihat bayi tersebut mendapatkan getaran yang cukup kencang dan mendadak, itu akan berisiko tinggi untuk terjadinya shaken baby syndrome, atau pendarahan di otak,” lanjut Miza.

Miza melanjutkan, pendarahan di otak sendiri dapat mengakibatkan kematian mendadak, atau bayi selamat namun punya cacat seumur hidup. Ada juga resko bayi yaNg pendengarannya belum terlalu bagus atau matang, jika mendengarkan suara dengan frekuensi dan volume kencang akan berisoko kerusakan permanen di telinga dan menjadi tuli seumur hidup.

Editor


Komentar
Banner
Banner