Dampak Kejatuhan SVB

Bank Indonesia Akui Krisis Finansial di Amerika Sebabkan Rupiah Anjok

Bank Indonesia mengakui krisis finansial di Amerika Serikat menyebabkan Rupiah melemah.

Featured-Image
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Februari 2023 yang dipantau dalam jaringan di Jakarta, Kamis (16/2). Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA – Bank Indonesia mengakui krisis finansial di Amerika Serikat telah menyebabkan Rupiah melemah.

Hal tersebut menyusul tertahannya aliran modal asing untuk masuk ke dalam negeri. Krisis di Amerika Serikat membuat banyak investor lebih memilih menahan dananya untuk investasi di beberapa negara, termasuk Indonesia.

“Pengetatan kebijakan moneter dan penutupan 3 bank di AS meningkatkan ketidakpastian dan menahan aliran modal dan tekanan terhadap pelemahan nilai tukar di beberapa negara,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (16/3).

Pelemahan rupiah menjadi korban pertama dari krisis finansial di Amerika Serikat. Untuk itu, pemerintah terus mengefektifkan pengawasan ketat demi mengantisipasi dampak yang lebih lanjut.

Baca Juga: Penutupan SVB, Luhut : Tidak Berdampak ke Perbankan RI

BI juga akan menjaga stabilitas nilai mata uang melalui peningkatan investasi pada banyak instrumen, terutama obligasi pemerintah. “BI terus meningkatkan stabilitas nilai tukar untuk memitigasi ketidakpastian global termasuk rambatan penutupan bank di AS,” ujar Perry.

Krisis finansial yang dimaksud adalah kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat. Diketahui, SVB merupakan penyokong dana terbesar perusahaan teknologi yang akhirnya kehilangan dana simpanan dalam jumlah besar.

Hal tersebut terjadi akibat kinerja SVB yang mengalami tekanan seiring kenaikan agresif suku bunga acuan. Selama satu satu tahun terakhir bank sentral Amerika, The Fed, telah menetapkan sikap agresif dalam menaikan suku bunga.

Baca Juga: Penutupan SVB, OJK: Tidak Berdampak Langsung ke Bank di Indonesia

Tujuannya untuk mengendalikan tingkat inflasi Amerika yang terus naik. Imbasnya banyak perusahaan teknologi mengalami kesulitan permodalan. Kemudian untuk bertahan hidup, perusahaan melakukan penarikan dana simpanan di bank dalam jumlah besar.

Hal itu menyebabkan perbankan di Amerika, termasuk SVB hingga Signature bank mengalami kekurangan likuiditas yang berdampak pada kinerja perusahaan.

Editor


Komentar
Banner
Banner