bakabar.com, BANJARBARU – Kota Banjarmasin akhirnya terlepas dari predikat zona berisiko tinggi penularan Covid-19.
Peralihan status zona hijau, menurut Pakar Epidemiologi Kalimantan Selatan, dr H IBG Dharma Putra, menandakan tren penularan Covid-19 yang menurun.
“Pada prinsipnya, hijau itu menandakan penularan yang lebih rendah dari rata-rata angka di tingkat nasional. Dengan kecenderungan yang semakin menurun,” kata Dharma saat dihubungi bakabar.com, Selasa (6/10) sore.
Banjarmasin Sudah Tak Merah Lagi, Gugus Tugas Covid-19 Beber Kiatnya
Penetapan status zona hijau ini sudah berdasarkan pertimbangan dan penilaian dari pemerintah kota.
Sebab, perubahan zonasi akan membawa dampak dan kebijakan multiaspek yang berpengaruh pada masyarakat secara umum.
“Layak atau tidaknya, kebijakan ini merupakan self assessment dari Pemkot sendiri. Tidak mungkin pemerintah melakukan secara serampangan yang bisa berakibat menurunnya kepercayaan masyarakat,” lanjutnya
Zona hijau didapat berdasarkan hasil dari kegiatan tim surveilans selama penanganan Covid-19 secara optimal.
Pada prosesnya, indikator penentuan yaitu dari proses sistematik seperti pengumpulan data, analisis hingga penyampaian informasi.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
“Kalau kita lihat, berdasarkan laporan surveilans atau rumah isolasi yang semakin kosong karena pasien sembuh meningkat. Maka, zona hijau bagi Banjarmasin terasa sangat sesuai,” papar direktur RSJ Sambang Lihum ini.
Mengingat angka kesembuhan di Kalsel sudah sebesar 86,44 persen, atau di Banjarmasin tercatat sebanyak 2.746 pasien sembuh dari total 3.344 kasus positif.
Hal itu menunjukkan adanya andil masyarakat dalam melaksanakan protokol Covid-19.
“Jika zona nyaman menjadi hijau, berarti peran masyarakat dalam melaksanakan protokol juga menjadi faktor pendukung,” jelasnya
Disinggung mengenai adanya potensi kepentingan politik dalam perubahan peta zonasi virus Corona, Dharma mengatakan wajar apabila masyarakat akan menaruh kecurigaan.
Dia mengimbau agar masyarakat tetap jeli dalam mencermati data sebaran Covid-19.
“Wajar saja. Orang politik akan ngomong politik, dagang akan ngomong untung rugi, Ulama ngomong benar salah. Yang terpenting dilihat adalah datanya, sebaiknya kita melihat zona ini dari kenyataan datanya, ” tutupnya