Banjarmasin Hits

Banggar Sorot Kucuran Dana Kegiatan Seremonial Pemkot Banjarmasin

Pemkot Banjarmasin disebut terlalu mubazir mengeluarkan anggaran untuk kegiatan yang bersifat seremonial dan tak terlalu mendesak.

Featured-Image
Balai Kota Banjarmasin. Foto-apahabar.com/Bahaudin Qusairi

bakabar.com, BANJARMASIN - Pemkot Banjarmasin disebut terlalu mubazir mengeluarkan anggaran untuk kegiatan yang bersifat seremonial dan tak terlalu mendesak.

Hal tersebut disampaikan anggota Badan Anggaran (Banggar) di DPRD Kota Banjarmasin, Afrizaldi, Rabu (11/10).

Afrizaldi menyoroti beberapa hal. Seperti rencana perhelatan Aruh Sastra ke-XX Kalimantan Selatan (Kalsel), di mana Banjarmasin menjadi tuan rumahnya.

Untuk diketahui, anggaran yang dikucurkan pemkot melalui Disbudporapar Banjarmasin untuk gelaran aruh sastra mencapai lebih dari Rp1 miliar.

Afrizal menilai, meski menurutnya pemkot sangat mengapresiasi upaya penghargaan kebudayaan, namun seharusnya pemkot juga perlu melihat kemampuan keuangan daerah.

"Kemampuan keuangan daerah itu diukur dari skala urgensinya. Saat ini masih banyak hal-hal bersifat mendesak yang harus dipenuhi. Bukan malah justru membuat event yang bersifat seremonial," tekannya.

Ia lantas berharap, kegiatan yang tidak bersifat mendesak itu bisa ditunda saja.

Selanjutnya, Afrizal juga menyoroti hasil dari pembuatan film Jendela Seribu Sungai (JSS). Yang sebelumnya digadang-gadang sebagai wadah promosi Kota Banjarmasin.

Ia menilai, yang terjadi saat ini justru film itu tidak mampu meningkatkan kunjungan pariwisata di Kota Banjarmasin.

"Sebelum dan sesudah pembuatan film itu kunjungan pariwisata di Banjarmasin ya segitu-segitu saja," tudingnya.

"Artinya film itu tidak berdampak pada promosi daerah," cecarnya.

Afrizal pun lantas mengingatkan, sejak awal dari sisi perencanaan pembuatan film pun tidak mempunyai kajian yang jelas.

"Kami bersama kawan-kawan di DPRD Banjarmasin tidak pernah dijelaskan secara detail apa target dari pembuatan film itu," keluhnya.

Itu belum termasuk rencana pembuatan film JSS yang sempat menjadi perdebatan antara pemko denga DPRD Kota Banjarmasin. Lantaran penganggarannya dinilai tidak transparan.

"Pembuatan film dikemas dalam bentuk promosi daerah. Tapi realisasinya justru pembuatan film," ujarnya.

Di sisi lain, berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Banjarmasin, kunjungan atau penonton dari film JSS diketahui sebanyak 29.705 penonton. Dengan nilai hasil dari penjualan tiket sekitar Rp1,2 miliar.

Angka itu masih terpaut jauh bila dibandingkan dengan produksi pembuatan film itu sendiri, yang diketahui memakan anggaran APBD Kota Banjarmasin sebesar Rp6 miliar.

Berangkat dari situ, Afrizal pun menilai bahwa Pemko Banjarmasin masih kurang fokus dalam memanajemen penggunaan keuangan daerah.

Kemudian, ia mempertanyakan apa yang sebenarnya menjadi target dan yang sesuai visi misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banjarmasin.

Ia pun mengingatkan agar selanjutnya, pemko bisa bijaksana dalam hal penggunaan anggaran.

"Kalau kami lihat, di sini ada ketidakfokusan dalam penggunaan anggaran. Banyaknya kegiatan seremonial, justru tidak berdampak besar terhadap pendapatan daerah," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner