bakabar.com, KOTABARU – Hafiz Anshari jadi idola baru warganet. Guru SMAN 1 Kelumpang Hilir, Kotabaru ini banjir pujian lantaran ragam prestasinya.
Di linimasa media sosial milik bakabar.com misalnya, beberapa warganet memandangnya bak menantu idaman.
Bagaimana tidak, di usia 30 tahun, Hafiz sudah menggenggam sederet prestasi.
Terbaru, pria lajang satu ini berhasil memecahkan rekor beasiswa ke Jepang di Kotabaru. Lantas apa saja kiatnya?
Modal utamanya ternyata adalah kemampuan berbahasa inggris.
“Ini jadi modal utama bisa lolos menerima beasiswa pendidikan ke Jepang,” ujarnya saat bincang ringan dengan bakabar.com, Jumat (3/9).
Bahasa Inggris sudah bak sayur alias makanan sehari-hari bagi Hafiz. Di Lembaga Bahasa Universitas Lambung Mangkurat, skor toefl-nya mencapai 577.
Di Jepang, nantinya Hafiz bakal menimba ilmu bidang teacher training, program profesi dan penelitian pendidikan di Chiba University Japan.
Di negeri Sakura, beasiswa MEXT Monbukagakusho yang didapatnya berasal dari Kementerian Pendidikan Jepang.
Lantas, seperti apa sosok Hafiz di mata keluarga?
Sang adik, Armiatul Wahidah menjadikan kakaknya itu sebagai panutan. Capaiannya itu sebagai motivasi tersendiri baginya.
“Kakak memang sosok yang memiliki semangat tinggi menggapai cita-cita,” ujarnya.
Selain santun terhadap orang tua, Hafiz juga dikenal penuh perhatian. Ia selalu mendampingi dua saudaranya dalam berbagai hal.
“Mulai dari saya kuliah, sampai lulus PNS tahun 2000 lalu juga berkat dukungan Kak Hafiz,” ujar perempuan yang kini guru SD Pantai, Kelumpang Selatan itu.
Mia berharap torehan prestasi sang kakak dapat membakar semangatnya. Termasuk menggugah semua orang untuk mengejar pendidikan setinggi mungkin.
“Sebagai muslim, dianjurkan menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahad. Pun dalam pepatah disebutkan, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.”
Mia berharap para guru lain termotivasi akan capaian Hafiz. Dan ujungnya membawa peningkatan kualitas bagi pendidikan di Kotabaru.
Sementara menurut sang kakak, Misna Marliana, Hafiz begitu dekat dengan keluarga. Selalu membantu berbagai hal. Utamanya, dalam pekerjaan sesama guru di masa pandemi.
Belum lagi dalam persoalan karier dan pencapaian prestasi kerja. Hafiz sangatlah membantu.
“Adik saya ini selalu ada. Bahkan, dalam penyusunan jurnal dan karya ilmiah. Saya berhasil juga berkat bantuan Hafiz,” ucap Misna.
Hafiz merupakan anak kedua. Dua saudaranya semua perempuan. Sedari kecil mereka tinggal di Gang Mawar, Desa Dirgahayu, Kecamatan Pulau Laut Utara.
Hafiz berasal dari keluarga sederhana. Sang ibu setiap paginya berjualan nasi kuning. Darah pengajarnya turun dari sang ayah yang pensiunan guru sekolah dasar.
Sejak Hafiz berusia setahun atau sekitar tahun 2000, sang ibu sudah mulai berdagang nasi kuning.
Di tengah kehidupan sederhana itu, Hafiz memulai perjuangannya dari bangku kuliah. Ia lulus Universitas Negeri Malang (UM) tahun 2014. Indeks Prestasi Kumulatifnya ketika lulus sebagai Sarjana Pendidikan Fisika mencapai 3,43. Dan, Sarjana Fisika Murni 3,28. Ya selama di UM, Hafiz memang mengambil dua jurusan sekaligus.
Di tahun pertama kelulusannya, Hafiz hanya butuh satu kali kesempatan untuk lulus tes menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Ia kemudian mengajar Fisika di SMAN Kelumpang Hilir.
Nah, di sela kesibukannya mengajar, diam-diam Hafiz mempersiapkan diri untuk mendapatkan beasiswa pendidikan ke Jepang. “Itu sejak tahun 2016,” ujar Hafiz.
Sejak tahun itu, ia mulai mendalami bahasa Inggris. Sebagai salah satu syarat utama bisa menerima beasiswa ke luar negeri.
Mengasah bahasa Inggrisnya, Hafiz juga terjun melatih ekstra kurikuler debat bahasa Inggris. Termasuk latihan toefl sekali dalam seminggu.
Dari pendaftaran, Hafiz harus melalui tahapan yang cukup panjang sampai delapan bulan. Dan lima bulan seleksi. Hingga akhirnya dinyatakan lulus. Dan meraih beasiswa ke Jepang.