bakabar.com, BANJARMASIN - Apa itu bleketepe? Istilah yang kerap digunakan saat prosesi pernikahan adat Jawa ini mungkin masih cukup asing di telinga sebagian orang. Seperti dalam rangkaian prosesi acara pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono, pemasangan bleketepe dilakukan termasuk oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir detikJateng, Jumat (9/12), prosesi siraman Kaesang dilakukan di kediaman Jokowi di Sumber, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah pukul 09.00 WIB.
Prosesi ini juga digelar di kediaman calon mempelai putri Erina Sofia Gudono di Mlati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sesuai dengan adat dan tradisi, sebelum prosesi siraman, dilakukan pemasangan bleketepe. Pemasangan bleketepe ini dilakukan oleh Presiden Jokowi didampingi oleh Ibu Negara Iriana Jokowi.
Lantas, apa yang dimaksud dengan bleketepe itu? Simak penjelasannya berikut ini.
Apa itu Bleketepe?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah bleketepe yang berasal dari dalam Bahasa Jawa. Bleketepe adalah anyaman daun kelapa yang dipasang di depan rumah sebagai tanda pesta pernikahan. Bleketepa ini dipasang untuk atap rumah dan sebagainya.
Sementara merujuk jurnal 'Tarub dan Perlengkapannya Sarat dengan Makna dan Filosofi' (Teknobuga Vol 2 No 1, 2015), seperti dilansir detikJateng, bleketepe artinya anyaman daun kelapa. Pemasangan bleketepe termasuk dalam serangkaian acara pemasangan tarub atau yang dalam Bahasa Indonesia artinya atap untuk sementara selama upacara berlangsung.
Pemasangan bleketepe termasuk salah satu dari prosesi pernikahan adat budaya pengantin Jawa. Rangkaian bleketepe terbuat dari daun kelapa berbentuk tujuh bujur sangkar berukuran 50x50 centimeter. Bleketepe juga dipasang bersama perlengkapan lainnya seperti pohon pisang, buah pisang raja, tebu, buah kelapa, daun beringin dan janur kuning.
Lantas apa makna di balik pemasangan bleketepe?
Makna Pemasangan Bleketepe
Dalam prosesi pernikahan adat Jawa, pemasangan bleketepe bukan sekadar pajangan yang ditempel tanpa maksud. Sejarawan dan pemerhati budaya Solo Heri Priyatmoko pun mengungkapkan makna pemasangan bleketepe dan perlengkapan lainnya.
"Masyarakat Jawa itu sifatnya, bisa meminta berkah melalui simbol-simbol lewat benda-benda. Pemasangan janur kuning dan lainnya itu mengandung arti, membawa sebuah makna dan harapan," kata Heri (8/6).
Misalnya janur kuning berarti mengandung harapan agar saat prosesi kedua mempelai nampak bersinar.
"Janur berasal dari kata nur, cahaya. Nur Illahi. Harapannya agar saat disandingkan si pengantin wanita tampak cemlorot, bersinar," kata Heri.
Sementara kata kuning menurut beberapa literatur menyebut bermakna sabda dadi, berharap semua perkataan bakal terwujud (kun fayakun-Nya Allah SWT) yang dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening.
Janur kuning bermakna cita-cita mulia dan tinggi untuk menggapai cahaya Illahi dengan dibarengi hati yang bening. Begitu tinggi dan dalam filosofi janur kuning dalam prosesi pernikahan adat jawa.
Sementara tebu bisa diartikan sebagai mantebing kalbu atau mantapnya hati atau kalbu menuju bahtera rumah tangga. Cengkir atau buah kelapa yang masih muda bermakna kencenging pikir. Dengan berbekal cengkir, sang mempelai diharapkan mampu melewati ujian kritis dalam mempertahankan pernikahannya. Adapun pisang raja, maknanya sangat jelas yakni sebagai simbol dari raja.
Demikian penjelasan tentang apa itu bleketepe yang dipasang dalam prosesi pernikahan adat Jawa termasuk saat prosesi siraman dalam rangkaian acara pernikahan Kaesang dan Erina.