Kalsel

Angka Stunting Masih Tinggi, PR Pemkot Banjarmasin ke Depan

apahabar.com, BANJARMASIN – Pemerintah Kota Banjarmasin berhasil meraih penghargaan Swasti Saba Wistara. Sebuah pencapaian tertinggi dari Pemerintah…

Featured-Image
 Ilustrasi Stunting.Foto- net

bakabar.com, BANJARMASIN – Pemerintah Kota Banjarmasin berhasil meraih penghargaanSwasti Saba Wistara. Sebuah pencapaian tertinggi dari Pemerintah Pusat untuk kategori Kota Sehat di Indonesia. Namun ternyataangka stunting di kota ini mencapai 20,08 persen.

Angka tersebut masih tinggi dari standar yang ditargetkan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), 19 persen.

Stuntingadalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

“Dari jumlah sasaran 36.920 anak bayi dan balita, hanya 7.412 orang yang stunting,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin, MachliRiyadi.

Machli menilai, pencapaian pihaknya dalam memberantas angka stunting pada balita sekarang bisa dianggap berhasil. Pasalnya, dari 13 kabupaten/kota di Kalsel, Banjarmasin berada diurutan kedelapan.

Tangganya mengalami penurunan dari tahun 2018. Banjarmasin saat itu puas hanya diurutan keenam.

Machlimenerangkan, pihaknyaakan tetap melakukan berbagai upaya untuk menekan balita kerdil. Sasarannya mengarah pada orang tua untuk tidak terpengaruh oleh beberapa faktor penyebab stunting.

“Kondisi ini harus menjadi perhatian serius para orang tua agar tak menghambat seiring usia buah hatinya yang terus bertambah,” terangnya.

Machli menyarankan, para orang tua untuk menjaga gizi dengan memberikan makanan yang sehat dan bernutrisi. Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif penting diberikan.Pada tahap pemberian makanan Pendamping ASI (MPASI), orang tua harus memperhatikan pola asupan gizi yang seimbang.

“ASI selama 6 bulan pertama dan dapat diteruskan hingga anak berusia 2 tahun,” tegasnya.

Dalam pencegahan stunting, ia juga mengimbau orang tua memantau status gizi dan antopometri anak perlu dilakukan secara berkala.Deteksi dini status gizi balita dilakukan secara berjenjang.

“Itu tak hanya mempengaruhi stunting, tetapi agar buah hati tidak anemia ketika remaja nanti,” pungkasnya.

Machli juga mengakui pengaruh balita stunting karena anak cenderung sering melakukan budaya masyarakat yang tidak sehat.Belum lagi program kesehatan yang tidak tepat sasaran. Kedua hal itu wajib diketahui oleh orang tua.

Mereka, kat dia, perlu analisis dan pendekatan gizi kesehatan masyarakat untuk dapat secara efektif merancang program yang berfokus pada pencegahan.

“Kembali lagi pada peran orang tua harus terlibat aktif upaya penurunan stunting,” terangnya.

Baca Juga:Jambore Kader Posyandu, Pemkot Banjarbaru Soroti Kasus Stunting

Baca juga: 30 Ibu Hamil dan Menyusui Ikuti Penyuluhan Pendidikan Gizi Pencegahan Stunting

Reporter :BahaudinQusairi
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner