Konon, disamping sebagai hiasan, ikan koi dipercaya membawa keberuntungan bagi pemeliharanya. Benarkah?
Reporter: HN Lazuardi
Seperti kebanyakan orang, Aidi Rozain memelihara Ikan Koi sebagai hiasan atau pemandangan di dalam rumahnya. Tak ayal, itu menjadi hobi yang digelutinya sejak 2019. Belakangan hobinya memelihara ikan itu, kini menjadi bisnis yang menjanjikan. Aidi bisa meraup omset jutaan rupiah dari hasil bisnisnya.
Mulanya, di atas rumah minimalis berlantai 3, Aidi Rozain menyisihkan sisi-sisi bagian balkonnya untuk kolam yang diisi dengan berbagai jenis Koi. Itu letaknya di lantai 2 dan 3.
Dia biasa memandangi ikan yang bermakna kasih sayang atau cinta ini tiap malam. Itu dilakukannya untuk melepas penat dan kejenuhan usai bekerja di Sekretariat Daerah Hulu Sungai Tengah (Setda HST) atau Kantor Bupati.
Satu ruangan di lantai 2, ruang kerjanya disulap dan dijadikan tempat riset dan tempat penyimpanan ikan hias untuk akuarium serta peralatan-peralatan yang berhubungan dengan ikan.
Rumahnya yang semula digunakan hanya untuk istirahat, menyelesaikan tugas kantor dan bercengkrama dengan keluarga pun kini menjadi tempat menyalurkan hobi yang berakhir usaha mandiri.
Di rumahnya di Jalan SMP Kelurahan Barabai Darat itu berdiri usaha yang kemudian diberi nama Pondok KOI Barabai.
Memang bukan perkara gampang bagi Aidi memelihara ikan hias apalagi Koi. Pasalnya ada syarat agar ikan dari Negeri Sakura ini bisa berkembang biak dengan baik.
Misalnya dengan memperhatikan ukuran kolam, merawat air, memperhatikan pakannya hingga memeperhatikan kesehatan sang ikan. Jika tidak demikian, siap-siap Koi menjadi stres dan mati.
Rupanya hal itu pernah dialami Aidi Rozain jauh sebelum usahanya, Pondok KOI Barabai sukses membawa hoki.
Lelaki lulusan IPDN 2008 silam ini pernah gagal memelihara KOI. 40 ekor Koi mati di dalam kolam yang biasa dipandangnya tiap malam sepanjang akhir 2019 hingga awal 2020 tadi.
“Kalau rugi tidak ya karena saya punya solusi. Hanya saja ikannya yang masih hidup hanya 2 hingga 3 ekor saja. Di sini kerugiannya. Banyak yang mati,” kata ASN di Pemkab HST ini, ditemui bakabar.com, Jumat (3/7).
Namun hal itu tak serta merta membuat Aidi patah semangat. Justru dia semakin intens mencari tahu di mana letak keselahannya. Dengan kata lain, dia banyak belajar dari kesalahan. Sehingga kesalahan-kesalahan yang pernah dialaminya menjadi pengalaman dan pembelajaran
Berbekal media sosial seperti YouTube, Instagram dan Facebook, Aidi mampu mengendalikan keadaan.
“Saya belajar otodidak. Sering meilhat tayangan-tayangan di YouTube, sharing di grup-grup facebook. Hingga ketemu seorang juri Koi dan pakar kolam juga totur peternak ikan hias asal Martapura, Kalsel di Instagram. Nah di situ saya sering bertanya-tanya,” cerita Aidi.
Sekarang, sedikitnya ada ribuan Koi dengan 10 macam jenis dan berbagai macam ikan hias untuk aquascape yang dibudidayakan Aidi di rumahnya.
Usahanya pun berkembang. Semula hanya menjual ikan dan pakannya, kini telah merambah ke jasa pembuatan kolam dan pengobatan ikan hias serta peralatan-peralatannya.
Bibit Koi yang dulu biasa diambil Aidi dari lokal pun pelan-pelan bergeser ke Pulau Jawa.
“Harga bibit per ekor mulai dari Rp5 ribu sampai Rp25 ribu. Tergantung corak, pola dan ukurannya,” terang Aidi.
Bibit yang diambilnya dari Jawa, rupanya berbeda dari bibit lokal. Ini salah satu daya tarik pembeli di Pondok Koi milik Aidi.
Ada satu kebanggaan Aidi pada Ko8 miliknya. Jenis Gonsanke yakni, Tancho Kohako yang diunggulkannya di Pondok KOI Barabai ini. Jenis ini mempunyai ornamen yang sangat indah dan jinak.
“Ini yang mahal karena langka. Baik pola coraknya maupun jenongnya yang bagus. Dikatakan langka karena memang sulit mendapatkannya. Kalau Kohako kawin dengan Kohako belum tentu bisa melahirkan Tancho Kohako. Ditambah lagi kalau bersertifikat, makin mahal,” kata Aidi.
Puncaknya, sejak Maret-Juni 2020 atau selama masa pandemi Covid-19 ini, omset penjualannya naik drastis. Sebulan setidaknya ada Rp3 juta-7 juta diraupnya.
“Itu termasuk yang lainnya seperti penjualan pakan, jasa pembuatan kolam dan perlatan akuarium,” kata Aidi.
Berbekal media sosial, pemasaran produk Pondok KOI Barabai ini sudah tembus ke Kalteng. Namanya cukup dikenal juga oleh kalangan pejabat.
“Memang awalnya hanya hobi saja. Karena banyak permintaan rekan-rekan yang kepengen Koi, secara tidak sengaja kita jualan. Ini jadi berlanjut ke bisnis,” imbuh Aidi.
Ke depannya Aidi sudah memikirkan untuk melebarkan usahanya. Yakni membuat penangkaran khusus untuk Koi.
Dia akan membudidayakan Koi dengan teknik pemijahan alami.
“Kita masih memikirkan tempat saat ini. Karena hal ini perlu SDA, seperti kolam dan air yang berkualitas,” tutup Aidi.
Editor: Muhammad Bulkini