bakabar.com, BANJARMASIN - Gelar Pahlawan Nasional tahun ini akan ditetapkan kepada lima tokoh pejuang di Tanah Air.
Namun, sayang tak ada satu pun berasal dari Kalimantan Selatan (Kalsel) mendapatkan gelar Pahlawan Nasional tahun ini.
Sebelumnya, Kalsel mengusulkan nama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional tahun ini.
Nama Datu Kelampayan diusulkan setelah Pangeran Hidayatullah gagal dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional 2021 lalu.
Sementara itu, lima tokoh yang mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun ini diketahui lewat cuitan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM (Mekopolhukam) Mahfu MD.
"Pemerintah akan anugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada lima putera pejuang dan pengisi kemerdekaan Indonesia," cuit Mahfud dalam akun Twitter miliknya, @mohmahfudmd, Kamis, 3 November 2022.
Mahfud mengatakan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional itu bakal dilakukan oleh Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat pada Senin, 7 November 2022.
"Kepada daerah-daerah dan institusi-institusi warisannya, dipersilahkan melakukan tahniah (syukuran)," kata Mahfud.
Baca Juga: Gubernur Kalsel Sebut Datu Kelampayan Layak Bergelar Pahlawan Nasional
Adapun kelima tokoh ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional itu, antara lain.
1. Dr. dr. HR Soeharto dari Jawa Tengah. Dia merupakan dokter pribadi dari Presiden Soekarno. Soeharto juga mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang menjadi cikal bakal lahirnya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di seluruh Indonesia.
2. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam VIII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Paku Alam VIII merupakan mantan Wakil Gubernur DIY. Semasa hidup, dia dinilai memiliki jasa besar, terutama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
3. dr. R. Rubini Natawisastra dari Kalimantan Barat. Semasa hidup, Rubini ingin menurunkan angka kematian ibu dan anak saat melahirkan yang kerap terjadi di praktik bidan tradisional (dukun beranak). Rubini merupakan dokter lulusan STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen atau Sekolah Kedokteran Bumiputra) dan NIAS atau Nederlands Indische Artsen School (Surabaya),
4. H. Salahuddin bin Talabuddin dari Maluku Utara. Salahuddin adalah tokoh yang memimpin pergerakan melawan penjajah di wilayah Maluku Utara. Ia berkali-kali ditawan pihak Belanda dan dikurung lalu disiksa di penjara Sawahlunto, Nusakambangan hingga ke Boven Digul.
5. KH. Ahmad Sanusi dari Jawa Barat. Sanusi merupakan pendiri dari Al-Ittahadiyatul Islamiyah (AII), organisasi yang aktif bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Pada awal kependudukan Jepang di Indonesia, AII dibubarkan.
Ia kemudian mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Semasa hidup ia juga pernah menjabat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1945.
Baca Juga: Kupas Tuntas Jejak Rekam Datu Kelampayan Menuju Gelar Pahlawan Nasional
Baca Juga: Analisis Lengkap Sejarawan Kalsel Mengapa Pangeran Hidayatullah Gagal Bergelar Pahlawan Nasional