TECHNO

5 Kiat Aman Transaksi Keuangan saat Masa Libur Lebaran

Selama periode Ramadan dan Lebaran, transaksi keuangan digital diprediksi meningkat. Banyak yang melakukan transaksi seperti untuk membayar zakat sampai THR.

Featured-Image
cara bertransaksi keuangan aman selama momen Lebaran. Foto: dok. unsplash

bakabar.com, JAKARTA - Selama periode Ramadan dan Lebaran, transaksi keuangan digital diprediksi meningkat.

Banyak masyarakat yang melakukan transaksi seperti untuk membayar zakat sampai memberikan Tunjangan Hari Raya (THR).

Managing Director VIDA, Adrian Anwar menjelaskan bahwa pada era transformasi digital ini, semuanya berlangsung dengan sangat cepat.

Menurutnya, pengembangan tidak hanya terjadi pada aspek sistem layanan tetapi juga berbagai serangan siber.

"Kita perlu membangun pola kebiasaan yang baik dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan data-data pribadi," kata Adrian dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/4).

Menurut Asosiasi e-commerce Indonesia idEA, nilai transaksi melalui platform e-commerce pada momen Ramadan dan Lebaran 2022 tercatat tumbuh 38,43 persen dibanding tahun sebelumnya.

Seiring dengan peningkatan aktivitas online, risiko kejahatan siber juga meningkat, misalnya kasus pemalsuan QRIS masjid yang terjadi baru-baru ini.

VIDA membagikan lima cara bertransaksi keuangan aman selama momen Lebaran.

1. Tidak membagikan identitas fisik dan online

Hal penting untuk mengamankan data pribadi adalah menjaga dengan baik identitas pribadi seperti KTP dan paspor, baik secara fisik maupun secara online.

Hal yang sama berlaku untuk nama pengguna, kata sandi dan kode OTP untuk masuk ke akun finansial digital.

Sebaiknya kata sandi, nama akun dan kode OTP tidak ditulis sembarangan dan tidak disalin dengan fitur copy-paste.

Hal itu untuk mengantisipasi peretas memperoleh akses ke clipboard perangkat yang kodenya tidak terenkripsi sama sekali.

2. Hindari Wi-Fi publik yang tidak terenkripsi

Menggunakan Wi-Fi publik yang tidak terenkripsi sangat berisiko, pengguna bisa saja menjadi korban "Man in The Middle Attack" atau MiTM sebagai pencegat antara pengguna dengan penyedia layanan digital.

Modus MiTM mencuri data pribadi pada jaringan yang tidak terenkripsi, penjahat biasanya menargetkan pengguna aplikasi keuangan dan e-commerce.

VIDA sangat menyarankan pengguna menunda transaksi sampai memiliki jaringan yang aman seperti data seluler atau Wi-Fi pribadi.

3. Waspadai e-commerce mencurigakan

Konsumen sering tergiur diskon besar, namun, berujung pada kualitas barang hingga pencurian data pribadi.

Penjahat siber bisa membuat situs web dan aplikasi yang mirip dengan e-commerce resmi untuk memperoleh data pribadi korban, yang dikenal sebagai metode sniffing.

Penjahat siber biasanya meminta korban memasukkan identitas pribadi dan detail keuangan seperti nomor CVV kartu kredit.

Sebelum bertransaksi, konsumen wajib mengecek kredibilitas platform untuk memastikan platform tersebut adalah sah.

4. Hati-hati terhadap tautan

Pelaku penipuan seringkali mengirimkan tautan melalui SMS, aplikasi pesan instan atau email untuk mencuri data pribadi.

Mereka seringkali mencatut nama institusi resmi untuk meyakinkan korban.

Jika mendapatkan pesan atau email, pengguna sebaiknya memastikan pengirim adalah akun resmi dari institusi terkait.

Pihak resmi biasanya tidak pernah meminta informasi sensitif melalui cara yang tidak terproteksi seperti formulir isian atau pesan singkat.
5. Autentikasi dua langkah

Gunakan layanan keuangan digital yang menggunakan fitur autentikasi dua langkah alias two-factor authentication (2FA).

Lapisan keamanan tambahan itu berfungsi mencegah akses tidak sah terhadap akun.

2FA juga bisa berupa autentikasi biometrik, yang dinilai lebih aman, misalnya dengan sidik jari atau wajah.

Editor


Komentar
Banner
Banner