Kalsel

4 Pahlawan Nasional dari Kalsel, Pangeran Hidayatullah Segera Menyusul

apahabar.com, BANJARMASIN – Hari ini tepat 10 November, diperingati sebagai hari pahlawan nasional, namun siapa saja…

Featured-Image
Hari Pahlawan 10 November 2020 – Ilustrasi: Zulfikar

bakabar.com, BANJARMASIN – Hari ini tepat 10 November, diperingati sebagai hari pahlawan nasional, namun siapa saja pahlawan nasional dari Kalimantan Selatan (Kalsel)?

Ada empat pahlawan nasional dari Kalimantan Selatan (Kalsel), antara lain Pangeran Antasari, Brigjen Hasan Basry, KH Idham Chalid, dan Pangeran Muhammad Noor.

Meski demikian, Pemerintah Provinsi Kalsel juga sudah mengusulkan Pangeran Hidayatullah sebagai pahlawan nasional.

Pengajuan usulan itu, sendiri dilakukan melalui Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Kalsel kepada Kementerian Sosial RI di Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kalsel sendiri telah melakukan 20 kajian dan penelitian terkait dengan gelar pahlawan nasional itu.

Meski 2019 lalu sudah pernah diusulkan, namun Kalsel berharap tahun ini, Pangeran Hidayatullah dapat bergelar pahlawan nasional, seperti empat pahlawan nasional asal Kalsel lainnya.

Pangeran Hidayatullah II sendiri merupakan salah seorang pemimpin Perang Banjar. Berkat jasanya di era penjajahan, pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan Bintang Mahaputera Utama, 1999 silam.

img

Pangeran Hidayatullah diusulkan jadi pahlawan nasional Kalsel.

Dikutip dari wikipedia, Pangeran Hidayatullah juga digelari Sultan Hidayatullah Halil illah (bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman) atau disebut juga Hidayatullah II.

Ia lahir di Martapura pada 1822, meninggal dunia di Cianjur, Jawa Barat, 24 November 1904 pada umur 82 tahun.

Ia salah seorang pemimpin Perang Banjar dan berkat jasa-jasa kepada bangsa dan negara, pada 1999 pemerintah Republik Indonesia memberikan anugerah Bintang Mahaputera Utama.

Terlepas dari itu berikut biografi singkat pahlawan nasional asal Kalsel:

1. Pangeran Antasari

Pangeran Antasari, yang nama kecilnya Gusti Inu Kertapati diangkat sebagai pahlawan nasional pada 27 Maret 1968.

Sebagai Sultan Banjar, Pangeran Antasari atau Sultan Tahmidullah II dianggap sebagai pahlawan nasional karena pemimpin perang Banjar untuk melawan kolonial Belanda.

Perang Banjar pecah pada 25 April 1859, ketika Pangeran Antasari dan 300 orang prajurit menyerang tambang batu bara Belanda.

Mulai di Pengaron dan berlanjut di seluruh wilayah kerajaan Banjar seperti Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang Sungai Barito hingga ke Puruk Cahu.

Pangeran Antasari wafat 11 Oktober 1862 dan tahun 1958 dimakamkan di Taman Makam Perang Banjar, Jalan Malkon Temon, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.

Sebelumnya Pangeran Antasari sakit paru dan dikuburkan di daerah hulu sungai Barito (Kalimantan Tengah) selama 91 tahun sebelum di pindah ke Banjarmasin.

2. Brigjen Hasan Basry

Brigjen Hasan Basry merupakan tokoh militer yang mendirikan Batalyon ALRI Divisi IV di Kalsel.

Namanya dibadikan jadi jalan Brigjen Hasan Basry, Kelurahan Kayu Tangi, Kecemantan Banjarmasin Utara, Banjarmasin.

Hasan Basry ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Atas jasanya-jasanya dia dianugerai sebagai pahlawan kemerdekaan oleh Presiden RI pada tahun 2001.

Hasan Basry sering disebut Bapak Gerilya Kalimantan oleh Ketetapan DPRGR Tingkat II Hulu Sungai Selatan.

Hasan Basri membentuk Banteng Indonesia hingga mendirikan Batalyon ALRI.

Walaupun hasil perjanjian Linggarjati dan Renville membuat Kalimantan berada di bawah kekuasaan Belanda, Hasan Basri tetap melanjutkan perjuangannya.

Puncaknya, ia berhasil memproklamasikan kedudukan Kalimantan sebagai bagian dari RI pada 17 Mei 1949.

ALRI kemudian dilebur ke dalam TNI AD Divisi Lambung Mangkurat dan ia diangkat sebagai letnan.

Hasan Basry meninggal pada tanggal 15 Juli 1984 setelah sakit dan dirawat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Dia dimakamkan di Liang Anggang, Kota Banjarbaru.

3. KH Idham Chalid

KH Idham Chalid merupakan pahlawan nasional yang dianugerahkan oleh pemerintah pada 7 November 2011.

Idham Chalid politisi Indonesia yang berpengaruh pada zamannya.

Idham Chalid lahir di Satui, Kalsel pada 27 Agustus 1921 dan meninggal pada 11 Juli 2010 di Jakarta.

Ia dimakamkan di Komplek Yayasan Darul Quran milik keluarganya di Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Puncak, Kabupaten Bogor.

Semasa hidup, ejumlah jabatan sempat diembannya. Mulai dari Wakil Perdana Menteri Indonesia di Kabinet Ali Sastroamidjojo dan di Kabinet Djuanda, hingga Ketua MPR dan DPR pada 1972- 977.

Idham Chalid juga aktif dalam kegiatan keagamaan dan pernah menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah Nadhlatul Ulama sejak 1956-1984.

Ia sudah aktif di PBNU sejak remaja dan pernah menjadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang Kalsel ketika NU masih menjadi bagian dari Masyumi.

Juga pernah menjadi anggota DPR RIS (1949 - 1950), Ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif NU (1952 - 1956) sebelum menjadi Ketua Umum NU pada 1956 dan merupakan orang terlama yang pernah menjabat sebagai ketua NU.

4. H Pangeran Muhammad Noor

Ir H Pangeran Muhammad Noor dianugrahi gelar Pahlawan Nasional tahun 2018.

Lahir di Martapura, 24 Juni 1901, Pangeran Muhammad Noor, adalah orang yang menjadi Gubernur Pertama Kalimantan setelah Indonesia merdeka dan dibagi dalam 8 provinsi pertama.

Muhammad Noor adalah keturunan keluarga kerajaan di Kalimantan Selatan yang merupakan cucu dari cucu Raja Banjar, Sultan Adam Al Watsiq Billah.

Pada masa penjajahan, Muhammad Noor pernah menjadi wakil Kalimantan dalam Volksraad pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda menggantikan ayahnya, Pangeran Muhammad Ali. Dia menjadi wakil Kalimantan pada periode 1935-1939.

Saat perjuangan kemerdekaan, Muhammad Noor adalah tokoh yang mempersatukan pasukan pejuang ke dalam basis perjuangan bernama Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan.

Pasukan ini berada di bawah pimpinan Hasan Basry. Hasan merupakan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Muhammad Noor juga pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum.

Lulusan Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) tahun 1927 ini turut meloloskan sejumlah proyek besar dalam membangun Indonesia.

Seperti proyek Waduk Riam Kanan di Kalimantan Selatan dan proyek Waduk Karangkates di Jawa Timur. Kini, Waduk Riam Kanan dinamai dengan nama Waduk Ir H Pangeran Muhammad Noor.

Pangeran Muhammad Noor wafat di Jakarta pada 15 Januari 1979 dan dikebumikan di TPU Karet Bivak. Namun pada tahun 2010, makam Noor dan istrinya dipindahkan ke Martapura atas kesepakatan keluarga.

Dia dan istrinya dimakamkan kembali di kompleks pemakaman Sultan Adam Martapura dengan upacara militer.

Ia menerima Anugerah Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Utama karena jasa dan pengabdian pada tahun 1973.

Pada tanggal 8 November 2018, Pemerintah Republik Indonesia melalui Presiden Ir Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dengan diterbitkannya Keppres No 123/TK/Tahun 2018, tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Komentar
Banner
Banner