Lebaran 2023

'Ngawul', Solusi Hemat Tampil Trendi Saat Lebaran

Bagi sebagian orang, merayakan Lebaran kurang lengkap rasanya kalau belum mengenakan busana serba baru.

Featured-Image
Pakaian awul-awul yang dijual di Pasar Kaponan Magelang. Foto diambil pada Kamis (20/4). apahabar.com/Arimbihp

bakabar.com, MAGELANG - Bagi sebagian orang, merayakan lebaran kurang lengkap rasanya kalau belum mengenakan busana serba baru.

Mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala, umumnya masyarakat berlomba-lomba memoles diri, sebelum menyambut hari raya dan berkumpul bersama sanak saudara.

Namun terkadang, banyaknya kebutuhan memaksa seseorang untuk menghemat biaya sehingga perlu mencari alternatif lain, agar tampil cantik dengan budget yang tidak mencekik.

Alih-alih mencari pakaian baru, ternyata pakaian bekas pun ikut diburu.

Tak apa barang lama, asal esensi tampil beda di hari raya tetap terlaksana.

Fenomena inilah yang membuat pedagang 'awul-awul' alias thrifting masih menjadi daya tarik di masyarakat, termasuk Magelang.

Baca Juga: Hotline Kemenkop Soal Thrifting, Masih Proses Pendataan

Sebelum booming thrifting, tradisi belanja pakaian bekas ternyata sudah lebih dulu membudaya di lereng Gunung Merbabu ini.

Buktinya, di Pasar Kaponan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Kamis (20/4), lapak Yati (40) penuh dikerumuni pembeli.

"Harganya variatif, mulai Rp10 ribu hingga paling mahal Rp50 ribu," kata Yati yang sehari-hari tinggal di Dusun Krekesan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Terlebih pada momen prepegan menjelang lebaran seperti saat ini, Yati bisa meraup keuntungan hingga Rp 3.000.000 sekali berjualan.

"Saya sistemnya ada yang 'kulakan' ada yang memang dikasih karena sudah tidak dipakai, terus dijual," tuturnya.

Bukan hanya populer di kalangan anak muda, thrifting juga merambah hingga orang tua bahkan lanjut usia.

"Jadi bisa dibilang membantu mereka yang belum mampu beli baru, tapi ingin berlebaran pakai gaya baru juga," jelasnya.

Sri saat membeli pakaian bekas di Pasar Kaponan, Kamis (20/4) (bakabar.com/arimbihp)
Sri saat membeli pakaian bekas di Pasar Kaponan, Kamis (20/4). bakabar.com/Arimbihp

Ihwal munculnya larangan thrifting yang sempat merebak di Indonesia, Yati tak ambil pusing.

"Yang saya jual kan bukan cuma baju kekinian anak muda, ini sudah jadi tradisi Ngawul nyebutnya, bukan thrifting," kata dia.

Bagi Yati, thrifting identik dengan baju merek bekas yang dijual untuk anak muda bergaya.

"Kalau ngawul ini banyak jenisnya, segmen pasarnya, dan tidak semua bermerek," tuturnya.

Sementara itu, seorang pembeli dari Pakis, Sri (42) mengaku sering membeli baju bekas alias Ngawul di Pasar Kaponan lantaran lebih hemat.

"Murah dan dapat banyak, kalau 100 baru paling dapat 1, bekas bisa dapat 4," jelasnya.

Meski bekas, Sri tidak malu ataupun gengsi menggunakannya.

"Dicuci bersih, disetrika, sudah tidak kelihatan kalau bekas, lagipula orang-orang tidak akan tanya ini bekas atau baru," singkatnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner