Nasional

23 Pendaki Tewas di Gunung Marapi, Polda Sumbar Periksa BKSDA

Dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat akan diperiksa sebagai buntut kematian 23 pendaki di Gun

Featured-Image
Tim SAR mengevakuasi pendaki Gunung Marapi yang terdampak erupsi di Jalur Pendakian Proklamator, Nagari Batu Palano, Agam, Sumatera Barat, Senin (4/12) dini hari. Foto: Antara

bakabar.com, PADANG - Dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat akan diperiksa sebagai buntut kematian 23 pendaki di Gunung Marapi.

Korban tewas merupakan bagian dari 73 pendaki yang menaiki Gunung Marapi, Minggu (3/12) sore, atau beberapa jam sebelum erupsi.

Erupsi gunung api berketinggian 2.891 mdpl ini ditandai muntahan kolom abu berisi material vulkanik hingga 3.000 meter dari puncak kawah yang disertai suara gemuruh.

Dari 75 pendaki, 49 di antaranya langsung turun di hari yang sama erupsi terjadi. Sedangkan 26 lain terjebak di atas Gunung Marapi, 3 di antaranya berhasil dievakuasi.

Di antara para korban, terdapat 2 anggota polisi yang sedang tidak berdinas. Mereka adalah Bripda Rexy Wendesta dan Bripda Muhammad Iqbal.

Terlepas dari kematian kedua personel kepolisian, Polda Sumbar segera meminta keterangan dari BKSDA setempat.

Baca Juga: Gunung Marapi Erupsi, 28 Pendaki Belum Bisa Dievakuasi

"BKSDA akan dimintai keterangan, karena berkaitan dengan jumlah korban yang berjatuhan. Pun penanggung jawab Marapi adalah BKSDA," tegas Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Dwi Sulistyawan, seperti dilansir CNN, Jumat (8/12).

Dikabarkan bahwa aki alat deteksi dini erupsi di Stasiun Guguak Solang (GGSL) telah hilang dicuri. Diketahui GGSL hanya berjarak 8,5 kilometer dari puncak Gunung Marapi.

Namun demikian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut alat deteksi sudah kembali beroperasi ketika erupsi mulai terjadi.

"Semua alat beroperasi, karena perbaikan sudah dilakukan 17 Mei 2023 atau dua pekan setelah hilang dicuri," tukas Kepala PVMBG, Hendra Gunawan,

Rekaman seismik dari Stasiun GGSL sempat terputus 25 September. Lalu 11 Oktober 2023, dilakukan pengecekan ulang dan dinyatakan kondisi stasiun dalam keadaan aman.

"Memang jenis erupsi freatik seperti yang terjadi di Gunung Marapi, sulit dideteksi karena sinyal yang dihasilkan kecil dan singkat," jelas Hendra.

"Antisipasi terbaik adalah dengan selalu membuat jarak aman (tidak mendekat). Apabila sewaktu-waktu terjadi, masih tersisa waktu untuk menyelamatkan diri," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner