bakabar.com, Rantau – ‘Kasih Ibu Sepanjang Masa’ ungkapan itu nampak terggambar dari perjuangan Nurhasanah, seorang nenek berusia 73 tahun di Kabupaten Tapin.
Demi menghibur buah hatinya yang lumpuh sejak 21 tahun lalu, ia rela menggendong anaknya ke Kota Rantau hanya untuk beli Ayam Kentucky.
Ditemui bakabar.com di pinggir jalan kawasan Kota Rantau saat berteduh di bawah pohon rindang saat terik matahari, Senin (14/10) siang.
Nenek Nurhasanah nampak kuat dan bahagia menggendong anaknya, sembari menunggu angkutan kota untuk pulang.
Tak sedikit kendaraan yang lewat, baik mobil atau motor singgah menghampirinya, sekadar memberikan uang. Ketika ditanya ia menjawab sedang menanti angkutan untuk pulang. “Tadi habis beli Ayam Kentuky gasan (untuk, red) Sala (anaknya),” ujarnya.
Meski dalam kekurangan, ia pantang meminta-minta. Namun, ia tak kuasa menolak pemberian orang lain.
“Amunnya maminta tih kada (jika meminta-minta tidak, red), tapi amun dibari orang ti sambut ai (tapi jika diberi diterima). Mudahan nang mambari banyak baisi rajaki (Mudahan yang memberi ditambahkan rezekinya),” terangnya sambil tersenyum.
Ia menghidupi Sala seorang diri, sejak sang suami meniggal 8 tahun silam. Dulu ia masih kuat untuk bertani. Namun belakangan sudah tidak sanggup lagi.
Meski begitu, ia beruntung jadi salah satu penerima dana bantuan sembako dari Dinas Sosial Pemkab Tapin.
Satu pengalaman pahit pernah ia rasakan. Kala itu, ketika di perjalanan dalam mobil angkutan umum. Kala itu ia satu mobil dengan keluarga. Namun,keluarganya tak menghiraukannya.
“Siapa jua yang handak kaya ini. Kaini pang sudah yang dibari (Tuhan). Syukuri ai, (Siapa juga yang menginginkan hidup seperti ini. Inilah sudah pemberian dari Tuhan. Ya, Syukuri lah),” ujarnya.
Di usia renta, terbungkuk-bungkuk ia menggendong anaknya sudah besar dengan sehelai kain.
Meski begitu, ia tak mengeluh. Ia ikhlas merawat sang buah hati. Sembari bercerita, matanya berkaca kaca-kaca. Terlihat beberapa kali ia mengusapkan selendang di wajah keriputnya.
Namun, ia tetap tersenyum dan tertawa sambil menghibur diri. Seakan menyamarkan kesedihannya.
Ia mengatakan Sala sudah dari lahir mendirita lumpuh. Keadaan keuangan pun tak mempuni untuk membawanya berobat. Ia pun tak tau nama penyakit dari anaknya.
Terlihat tangan dan kaki Sala kurus dan kaku disela persendiannya. Sala terlihat seperti layaknya penderira down syendrom.
Keseharian Sala di rumah hanya di atas kasur. Setiap harinya Nurhasanah menyuapi makan dan memberi minum Sala menggunakan dot bayi.
Ia pun mengungkapkan rasa kekhawatirnya jika ia meninggal dunia. Sebab tak ada yang merawat Sala. “Apabila aku maninggal mudahan ada yang manjaga Sala,” harapnya.
Baca Juga: Mulawarman Peduli, Uriansyah Dapat Kursi Roda
Baca Juga: Gelar Penling, Ditlantas Polda Kalsel Berharap Siswa dan Guru Paham Aturan Lalu Lintas
Reporter: Muhammad Fauzi Fadilah
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin