Tak Berkategori

2019, Fokus PPPA Tekan Angka Pernikahan Dini

apahabar.com, BANJARMASIN – Tingginya angka pernikahan dini jadi perhatian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)….

Featured-Image
Dinas PPPA 13 kabupaten/kota di Kalsel dalam rapat kordinasi membahas isu pernikahan usia anak. Foto-istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Tingginya angka pernikahan dini jadi perhatian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Tahun ini, khusus di Kalsel fokus yang dilakukan yakni menekan angka tersebut.

Seperti yang diungkapkan Kepala biro Perencanaan dan Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Fakih Usaman. Pihaknya akan lebih fokus mengurangi jumlah pernikahan dini.

“Tahun ini isunya masih tinggi angka pernikahan dini. Nah kita berupaya menekan angka itu,” kata Usman usai memberikan materi dalam Rapat Kerja Teknis Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Selasa (26/3).

Kegiatan ini diikuti 13 Dinas PPPA kabupaten/kota Kalimantan Selatan (Kalsel). Dalam kesempatan tersebut, Usman menambahkan, salah satu faktor utama yang menyebabkan banyaknya pernikahan dini disebabkan karena faktor ekonomi.

Tidak hanya itu, isu pernikahan dini atau perkawinan usia anak kata Usman adalah isu yang tidak hanya menjadi tanggung jawab PPPA. Tapi juga menjadi tanggung jawab dinas terkait termasuk keluarga.

Tak hanya membahas soal penikahan usia anak, dalam rapat koordinasi ini juga membahas permasalahan kekerasan rumah tangga.

Dari data kementerian PPPA, di Indonesia angka laporan kekerasan keluarga tertinggi ada di Jawa Tengah.

Baca Juga:Kenapa Harus Menolak Pernikahan Usia Dini? Ini Penjelasan Kepala DKBP3A Tanbu

“Bukan berarti daerah dengan laporan kekerasannya rendah itu baik. Bisa jadi banyak masyarakat yang belum melapor,” katanya.

Sementera itu Husnul Khatimah mengatakan, angka kekerasan perempuan dan anak memang masih tinggi.

Dari data yang di himpun, sepanjang 2018 ada 214 kasus kekerasan perempuan dan anak.

Jenis kekerasan terhadap perempuan dan anak yang paling mendominasi ialah kekerasan seksual.

“Kekerasan terhadap perempuan dan anak sendiri, terbanyak ditemukan di Banjarbaru, disusul Kabupaten Tanah Laut,” Katanya.

Banjarbaru ini kekerasan terhadap anak yang mendominasi, dari 37 kasus hanya delapan yang kekerasan terhadap perempuan.

Dia menjelaskan, kekerasan terhadap perempuan dan anak masih marak terjadi diakibatkan oleh sejumlah faktor. Di antaranya, kemiskinan, pergaulan, narkoba dan minuman keras.

Baca Juga: Optimalisasi Program Kampung KB, BKKBN Kalsel Kunjungi Pemkab Banjar

Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin

Komentar
Banner
Banner