bakabar.com, KANDANGAN – Sebanyak 10 orang santri di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), mengikuti orientasi sebelum berangkat melanjutkan pendidikan di Kota Tarim, Hadramaut, Yaman, Selasa (27/10) kemarin.
Keberangkatan para santri itu, dibiayai dari program beasiswa yang diberikan Pemkab HSS, bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat.
Sebelumnya, beasiswa tersebut diserahkan secara simboolis pada peringatan Hari Santri Nasional, Kamis (22/10) lalu.
Santri penerima beasiswa melanjutkan studi luar negeri tersebut, yakni sebanyak 6 orang merupakan lulusan Pondok Pesantren (Ponpes) Dalam Pagar Kandangan, dan 4 orang dari Ponpes Darul Amin Taluk Labak, Kecamatan Daha Utara.
Ketua MUI HSS, Tuan Guru H M Riduan Beseri menjelaskan, program beasiswa itu merupakan kerjasama dengan MUI Kabupten HSS, yang dananya 100 persen berasal dari anggaran Pemkab HSS.
Ulama sohor di HSS yang kerap disapa Guru Kapuh itu, menyambut gembira adanya program beasiswa tersebut. Sebab menurutnya, hal itu memang perlu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), salah satunya dengan mengirim santri untuk belajar ke luar negeri.
Guru Kapuh berpesan pada para santri penerima beasiswa, penting untuk diperhatikan sebelum berangkat adalah mempersiapkan bekal berupa ilmu 'alat' yang baik, agar bisa menyerap ilmu sebanyak-banyaknya.
"Ketika kita sekolah baik ke Jawa ataupun sampai ke luar negeri atau ke manapun itu, yang paling penting untuk kita perhatikan sebelum berangkat itu adalah, pentingnya kita menguatkan bekal ilmu alat. Ilmu alat itu adalah kemampuan kita membaca kitab, kemampuan kita menguasai ilmu nahwu dan shorof dan lainnya, dasar-dasarnya harus kuat dulu," jelasnya.

Sebanyak 10 orang santri di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), mengikuti orientasi sebelum berangkat melanjutkan pendidikan di Kota Tarim, Hadramaut, Yaman, Selasa (27/10) kemarin. Foto-Humas Pemkab HSS
Guru Kapuh mengatakan, belajar ilmu di Kota Tarim tidak ada lagi belajar nahwu dan shorof. Sebab terangnya, di sana sudah berada pada ilmu tingkatan tinggi. Apalagi tambahnya, bahasa pengantarnya tidak dengan bahasa Banjar ataupun bahasa Indonesia, yakni hanya menggunakan bahasa Arab.
Lalu lanjutnya, penting untuk meluruskan niat untuk benar-benar melaksanakan perintah Allah SWT untuk mencari ilmu peninggalan Rasulullah SAW, dan tidak sekadar mencari nama besar atau titel.
"Dengan niat yang baik, kita mendapatkan manfaat serta masyarakat HSS pun mendapatkan berkahnya," ujarnya.
Ia berpesan untuk meniatkan pertama, memberikan manfaat untuk lingkungan dan masyarakat di Kabupaten HSS. Sebab ujarnya, pendidikan ke luar negeri itu dibiayai Pemkab HSS dari uang rakyat, dan harus kembali kepada rakyat.
"Jadi harus kita ingatkan, bahwa yang membiayai kita itu masyarakat, mudahan nanti bisa memberikan manfaat lebih, dari biaya yang digunakan," harapnya.
Guru Kapuh juga mengimbau para santri untuk dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, menuntut ilmu dan mengambil berkah ulama-ulama di sana sebanyak-banyaknya.
"Ingatlah bahwa selesai menimba ilmu di sana, kita diharapkan untuk kembali ke banua [daerah, red]," tuturnya.
Guru Kapuh mendoakan para santri yang akan belajar ke luar negeri itu diberikan taufik dan hidayah oleh Allah SWT, diberikan kekuatan sehingga mampu menuntut ilmu sebaik-baiknya, mendapat berkah, pulang dengan selamat, mengamalkan ilmunya dan membangun daerah.