Suku Bunga Acuan

Suku Bunga Acuan, Ekonom: BI Perlu Pertahankan 5,75 Persen

LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai BI harus tetap mempertahankan suku bunga kebijakannya di 5,75 persen guna menjaga stabilitas harga dan nilai tukar rupiah.

Ilustrasi - Petugas perbankan menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah. Foto: ANTARA

apahabar.com, JAKARTA - Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky menilai Bank Indonesia harus tetap mempertahankan suku bunga kebijakannya di 5,75 persen guna menjaga stabilitas harga dan nilai tukar rupiah.

"Kami melihat bahwa BI harus tetap mempertahankan suku bunga kebijakannya di 5,75 persen untuk saat ini guna menjaga stabilitas harga dan nilai tukar sambil melanjutkan langkah-langkah makroprudensial agar tetap akomodatif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Riefky dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (21/5).

Ia memperkirakan inflasi akan semakin menurun dan kembali berada dalam kisaran target BI sebesar 3 plus minus 1 persen secara tahunan dengan inflasi inti yang masih terkendali.

"Meski menyempit, neraca perdagangan Indonesia tetap mencatatkan surplus. Selain itu, kondisi ekonomi domestik juga masih kuat dengan permintaan yang meningkat, menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan," terangnya.

Baca Juga: Suku Bunga Acuan, Ekonom UI: BI Perlu Pertahankan di 5,75 Persen

Dari sisi eksternal, jeda kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral AS The Fed saat ini membawa angin segar bagi Indonesia untuk menikmati arus modal masuk.

"Permintaan obligasi Indonesia masih menjanjikan karena perbedaan imbal hasil antara obligasi pemerintah Indonesia dan US Treasury masih menarik. Episode aliran modal masuk yang terus berlangsung mendorong rupiah menguat ke kisaran Rp14.800-14.900 per dolar AS," katanya.

Selain itu, tingkat cadangan devisa saat ini juga masih cukup untuk mendukung ketahanan eksternal.

"Terlepas dari itu, BI harus tetap mencermati langkah the Fed dalam pertemuan FOMC di bulan depan. Begitu The Fed menaikkan suku bunga acuannya, hal itu dapat memengaruhi perbedaan imbal hasil dan memicu arus modal keluar," terangnya.