Pengadaan Alutsista

Pengadaan Alutsista Era Prabowo, Imparsial: Jangan Diglorifikasi

Peneliti Imparsial Hussein Ahmad menilai Kemhan menjadi alat politik bagi Menhan Prabowo Subianto dalam menghadapi kontestasi pemilihan presiden.

Peneliti Imparsial, Hussein Ahmad dalam acara Diskusi Publik di Sadjoe Cafe, Tebet. Foto: apahabar.com/afifah.

apahabar.com, JAKARTA - Peneliti Imparsial Hussein Ahmad menilai Kementerian Pertahanan (Kemhan) seakan menjadi alat politik bagi Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dalam menghadapi kontestasi pemilihan presiden 2024.

Selama ini, akun resmi media sosial Kemhan, kata Hussein, terlalu sering mengglorifikasi peran Prabowo sebagai menteri pertahanan. Terlebih beberapa hari lalu, Kemhan beriklan di salah satu media cetak nasional demi memperlihatkan kinerja positif kementerian, tepat sehari setelah debat ketiga capres digelar.

"Sederhana ketika lawan politiknya menyerang (Prabowo), bukan dia (Kemhan) yang seharusnya menyerang balik. Lah sejak kapan Kementerian Pertahanan menjadi humas (alat) untuk calon presiden. Tidak boleh seperti itu" tegas Hussein.

Baca Juga: [VIDEO] Perludem Minta Bawaslu dan KPU Selidiki Iklan Kemhan

Hussein lalu mencontohkan sejumlah akun media sosial instansi milik kementerian pertahanan di sejumlah negara. Menurutnya, hanya Kemhan RI yang setiap postingannya selalu ditautkan dengan akun medsos pribadi Prabowo, agar terkesan memperlihatkan kinerjanya sebagai menhan.

"Saya berikan contoh, Department of Defense di Amerika, mana ada dia menandai menterinya? Tidak ada," ungkap Hussein.

Hussein khawatir postingan-postingan Kemhan tersebut akan menimbulkan persepsi yang keliru di masyarakat. Seakan-akan kinerja Kementerian Pertahanan di bawah kendali Prabowo yang paling sukses dalam pembelian alutsista, pengeboran sumber air dan lain-lain. Padahal pengadaaan barang dan jasa memang telah dirancang jauh-jauh hari melibatkan lintas kementerian.

Baca Juga: Iklan Kemhan di Kompas, Bawaslu: Itu Bukan Kampanye Capres

"Terlalu mengglorifikasi kerjaannya Prabowo. Seolah-olah pembelian alutsista, dan program lainnya hanya terjadi di zaman Prabowo, padahal kan tidak. Itu kerjaan Kemhan," papar Hussein.

Di sisi lain, Hussein menilai proyek Food Estate yang ditangani Prabowo  telah gagal dan berdampak buruk terhadap lingkungan. Ia juga mengoreksi pembentukan komponen cadangan (Komcad) yang digagas Prabowo sebagai sesuatu yang belum perlu.

"Alutsistanya masih jebol, masih pada jelek-jelek. Kapalnya banyak tenggelam, terakhir kita beberapa hari yang lalu ada pesawat Super Tucano jatuh di Malang. Tapi Prabowo malah bikin komponen cadangan yang peruntukannya menurut kami belum perlu," tutup peneliti Imparsial itu.