Menteri Sosial Buka-Bukaan Soal Datu Kalampayan Urung Bergelar Pahlawan

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan dinyatakan tidak lolos sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional yang ditetapkan pemerintah.

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan Foto: Dokumen

apahabar.com, JAKARTA – Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan dinyatakan tidak lolos sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional yang ditetapkan pemerintah.

Sebelumnya Kementerian Sosial mengungkapkan mengajukan sebanyak 15 tokoh calon pahlawan nasional. Salah seorang di antaranya adalah Datu Kalampayan.

Lantas berdasarkan hasil penilaian yang disaring kembali oleh Dewan Gelar Kemiliteran dari Istana Negara, nama Datu Kalampayan tidak terpilih menjadi salah seorang dari 5 nama pahlawan nasional yang baru saja ditetapkan pemerintah. 

“Kami mengajukan, tapi ada Dewan Gelar Kemiliteran. Ada yang menyaring lagi, bukan hanya kami (Kemensos)," jawab Menteri Sosial, Tri Rismaharini, terkait gelar kepahlawanan Datu Kalampayan.

"Dari sejumlah nama yang diusulkan Kemensos, terdapat beberapa kriteria yang  harus dinilai sejumlah lembaga pemerintah," imbuhnya.

Dalam teknis penilaian, nama-nama yang diusulkan Kemensos diverifikasi dan ditelusuri dari kearsipan perpustakaan. Kemudian semua nama calon pahlawan diuji oleh lembaga sejarah dan unsur sejarawan dari perguruan tinggi.

"Dilanjutkan pengujian yang dilakukan oleh Dewan Gelar Kemiliteran," tandas Tri Rismaharini.

Tentang Datu Kalampayan

Nama Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari bukan nama asing bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Ulama yang populer dengan sebutan Datu Kalampayan ini dikenal memiliki kontribusi di bidang pendidikan.

Sejumlah tokoh memberikan gelar kepada Datu Kalampayan. Wan Mohd Shagir Wan Abdullah menjulukinya Al Banjari Matahari Islam Nusantara. Tak hanya itu, Menteri Agama periode 1962-1967, KH Saifuddin Zuhri, juga menjulukinya Al Banjari Mercusuar Islam Kalimantan.

Bahkan Mantan Ketua Umum PBNU dan Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, menjulukinya sebagai tokoh Pribumisasi Islam Banjar.

Secara keilmuan sempat menimba ilmu di Mekkah selama 30 tahun. Dilanjutkan Madinah 5 tahun dan sempat mengunjungi Mesir. Selama di Mekkah, Datu Kalampayan sempat mengajar dan memberikan fatwa di Masjidil Haram.

Dalam perjalanan pulang ke tanah air, Datu Kelampayan sempat singgah di Jakarta. Ia melakukan pembetulan arah kiblat beberapa masjid. Satu di antaranya Masjid Jembatan Lima.

Datu Kalampayan juga dikenal pertama kali membuka pusat pendidikan Islam atau mirip seperti pesantren seperti masa sekarang.

Ia juga mendidik sejumlah ulama besar yang membuat namanya semakin dikenal ke seluruh penjuru Kalimantan. Bahkan, hingga terdengar sampai di Riau, Malaysia, dan Fatani.

Karyanya yang paling termahsyur, Kitab Sabilal Muhtadin Lit-Tafaqquh Fi Amriedien membuat namanya semakin dikenal tidak hanya di Indonesia, melainkan hingga negara-negara tetangga. Sejumlah negara seperti Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam dan Laos mengakui karya tersebut karena memiliki rumpun bahasa yang sama yakni Melayu.

Dalam bidang pengadilan, Datu Kalampayan juga melakukan perbaikan di era Kesultanan dengan membentuk Mahkamah Syariah. Ide tersebut rupanya disetujui Sultan Banjar, dengan memberikan jabatan sebagai Mufti atau Ketua Hakim Tertinggi dengan tugas mengawasi jalannya pengadilan umum.

Selama menjadi Mufti, Datu Kalampayan juga didampingi seorang Qadi yang bertugas sebagai pelaksana jalannya pengadilan. Ini dilakukan agar hukum Islam berlaku dengan wajar.

5 Tokoh Pahlawan Baru

Pemerintah menetapkan lima tokoh sebagai pahlawan nasional setelah melalui proses verifikasi dan penilaian yang dilakukan sejumlah lembaga. Nama Datu Kalampayan gagal lolos sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional. Berikut kelima tokoh pahlawan nasional.

1. Dr dr HR Soeharto dari Jawa Tengah. Dia merupakan dokter pribadi dari Presiden Soekarno. Soeharto juga mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang menjadi cikal bakal lahirnya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di seluruh Indonesia.

2. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam VIII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Paku Alam VIII merupakan mantan Wakil Gubernur DIY. Semasa hidupnya, dia dinilai memiliki jasa besar, terutama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

3. dr R Rubini Natawisastra dari Kalimantan Barat. Semasa hidup, Rubini ingin menurunkan angka kematian ibu dan anak saat melahirkan yang kerap terjadi di praktik bidan tradisional (dukun beranak). Rubini merupakan dokter lulusan School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Kedokteran Bumiputra dan Nederlands Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya.

4. H Salahuddin bin Talabuddin dari Maluku Utara merupakan tokoh yang memimpin pergerakan melawan penjajah di wilayah Maluku Utara. Ia berkali-kali ditawan pihak Belanda dan dikurung lalu disiksa di penjara Sawahlunto, Nusakambangan hingga Boven Digul.

5. KH Ahmad Sanusi dari Jawa Barat. Ia merupakan pendiri dari Ittahadiyatul Islamiyah (AII), organisasi yang aktif bergerak dalam bidang pendidikan, sosial dan ekonomi. Pada awal kependudukan Jepang di Indonesia, AII dibubarkan.