News

Ketika Bahasa Asli Kaltim Urgen Direvitalisasi

apahabar.com, SAMARINDA – Bahasa asli di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) urgen direvitalisasi seiring perpindahan Ibu Kota…

Hudoq Pekayang merupakan acara rutin yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat dayak, dayak bahau, dan dayak kayak, yang mendiami kecamatan Long Panghai, Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur. Foto: Ist

apahabar.com, SAMARINDA – Bahasa asli di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) urgen direvitalisasi seiring perpindahan Ibu Kota Negara (IKN). Pandangan tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudin menyebut

“Hingga tahun 2024, setidaknya akan ada 500 ribu penduduk baru di Kaltim yang berpotensi mengeskalasi pertukaran budaya di IKN sehingga kondisi ini menambah urgensi bahasa asli Kaltim direvitalisasi,” ujar Hetifah, Sabtu (19/03) dilansir Antara.

Politikus Golkar ini mengatakan jangan sampai beberapa bahasa asli Kaltim tergerus oleh kebudayaan baru sehingga revitalisasi bahasa daerah wajib dilaksanakan dalam kondisi apa pun.

Ia menuturkan data dari Kemendikbudristek menyebutkan bahwa Indonesia tercatat memiliki 718 bahasa. Dari jumlah ini, terdapat 25 bahasa terancam punah, ada 6 bahasa dinyatakan kritis, dan 11 bahasa telah punah.

Bahasa daerah yang disinyalir terancam punah di antaranya beberapa bahasa daerah di Kaltim karena Kaltim selain memiliki beberapa suku, ada pula sejumlah subsuku yang bahasanya berbeda meski ada beberapa yang nyaris mirip.

Sejumlah bahasa asli di Kaltim saat ini dinilai mengalami kemunduran karena jumlah penutur yang sedikit dan penyebarannya terbatas.

“Namun demikian, saya optimistis bahasa-bahasa daerah di Kaltim akan lestari karena saat ini ada tiga bahasa di Kaltim terpilih menjadi bagian dari 38 bahasa daerah yang ditunjuk sebagai ‘Objek Revitalisasi Budaya 2022’,” ujar Hetifah.

Tiga bahasa yang menjadi objek revitalisasi budaya adalah Bahasa Kenyah, Bahasa Paser, dan Bahasa Kutai dengan dialek Kota Bangun di Kabupaten Kutai Kartanegara.

“Adanya program revitalisasi budaya yang dimulai tahun ini tentu saya sangat mengapresiasi karena dari dulu saya selalu mendorong revitalisasi bahasa daerah melalui muatan lokal sekolah sehingga adanya program ini pasti menjadi langkah baik dalam melestarikan bahasa daerah,” ucap Hetifah.