Hindari Kerusakan Fatal, Batola Rilis Peringatan Dini Serangan Tungro

Menghindari kerusakan yang lebih luas, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultutan (PTPH) Barito Kuala merilis peringatan dini serangan tungro.

Upaya pengendalian tungro yang dilakukan petani di Desa Anjir Muara Kota dengan cara penyemprotan insektisida. Foto: BPP Anjir Muara

bakabar.com, MARABAHAN - Menghindari kerusakan yang lebih luas, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultutan (PTPH) Barito Kuala merilis peringatan dini serangan tungro.

Melalui Pusat Pelayanan Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), serangan tungro sudah terdeteksi sejak Maret 2025 di sejumlah kecamatan dan perlahan meningkat.

Tercatat hingga 30 April 2025, tanaman padi yang diserang tungro sudah seluas 69,74 hektare. Terluas di Kecamatan Belawang dengan 29,5 hektare.

Disusul Barambai 7,25 hektare, Cerbon 6,55 hektare, Tabukan 6,01 hektare, Alalak 6 hektare, Rantau Badauh 5,1 hektare, dan Mandastana 3,55 hektare.

Sementara kecamatan lain seperti Tabunganen, Tamban, Mekarsari, Anjir Pasar, Anjir Muara, Wanaraya dan Marabahan masih antara 1,5 hingga 0,08 hektare.

Baca Juga: Tungro Gerogoti Padi di Batola, Legislator Kalsel Minta Kebijakan Pemerintah

Baca Juga: Serangan Tungro Ancam Turunkan Hasil Panen Padi Petani di Tabukan Batola

Serangan tungro tersebut lebih masif dibanding walang sangit seluas 32,15 hektare, burung 31,75 hektare, tikus 6,30 hektare atau penggerek batang 4,50 hektare.

"Sampai sekarang wilayah serangan tungro memang belum sampai 1 persen dari luas tanam sekitar 99.444 hektare," jelas Kabid Tanaman Pangan Dinas PTPH Batola, Ghozali Ansyah, Selasa (6/5).

"Namun para petani tidak boleh terlena, karena harus dilakukan antisipasi melalui gerakan pengendalian agar serangan tidak semakin meluas," tegasnya.

Langkah yang paling ideal untuk mencegah perluasan serangan tungro adalah mengecek tanaman sedini mungkin.

Pengecekan bertujuan mencari keberadaan wereng hijau yang berperan sebagai vektor penularan virus tungro. Kalau sudah terlihat, langkah berikutnya adalah penggunaan insektisida seperti buprofezin atau pimetrozin, dimehipo, dan BPMC.

Langkah berikutnya yang tidak kalah penting adalah memperkuat imun tanaman untuk menekan perkembangan virus tungro. Di antaranya menggunakan pupuk hayati atau Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) seperti auxin dan giberelin.

Baca Juga: Ubah Kebiasaan Petani, Batola Genjot Varietas Unggul

Baca Juga: Cegah Pembajakan, Batola Patenkan Tiga Varietas Beras

"Juga harus dilakukan pencabutan rumpun yang positif terinfeksi. Kalau masih sempat, cabut total dan ganti tanaman dengan varietas unggul," jelas Ghozali.

"Sudah banyak varietas unggul tahan wereng seperti BP42 dan inpari 32, atau varietas unggul lokal semacam siam lani dan siam madu. Juga tersedia varietas baru Batola A1, Batola B1 dan Batola C1 yang dikembangkan di Barambai," sambungnya.

Langkah-langkah pengendalian tersebut menjadi kunci, mengingat tungro sudah menjadi endemis atau menetap di wilayah tertentu.

"Makanya kalau tanaman tidak sehat, kelembaban tinggi dan kelebihan air, otomatis endemis akan berdampak. Andaipun padi sehat dan air cukup, tungro tetap berkembang, tetapi tidak signifikan," tukas Ghozali.

"Sedianya serangan tungro sudah diprediksi, karena air yang lambat surut. Akibatnya tanam juga terlambat, karena tidak mungkin menanam dalam kondisi banjir," tutupnya.

Kabid Tanaman Pangan Dinas PTPH Batola, Ghozali Ansyah, menjelaskan perihal pengendalian tungro, Selasa (6/5). Foto: bakabar.com/Bastian