Kalsel

Ubah Kebiasaan Petani, Batola Genjot Varietas Unggul

apahabar.com, MARABAHAN – Berusaha mempertegas eksistensi sebagai lumbung padi Kalimantan Selatan (Kalsel), Barito Kuala (Batola) gencar…

Featured-Image
Bupati Barito Kuala, Hj Noormiliyani AS, ikut melakukan penanaman padi varietas unggul di lahan demonstrasi area di Desa Hilir Mesjid. Foto: apahabar.com/Bastian Alkaf

bakabar.com, MARABAHAN – Berusaha mempertegas eksistensi sebagai lumbung padi Kalimantan Selatan (Kalsel), Barito Kuala (Batola) gencar mengkampanyekan penanaman dua kali setahun.

Dalam data sementara yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS), Kalsel menempati peringkat 12 nasional dalam produktivitas padi hingga September 2020.

Pencapaian tersebut sebagian besar ditopang Batola yang masih menjadi daerah dengan produktivitas tertinggi di Kalsel.

Tercatat produktivitas gabah kering giling Batola mencapai 236.566 ton per hektar, atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 3,56 ton.

Diyakini produktivitas tersebut meningkat signifikan, mengingat Batola memiliki lahan pertanian seluas 71.493 hektar dan tegalan 13.660 hektar untuk hortiktura.

Disamping luas lahan, faktor penunjang peningkatan itu adalah kemampuan petani Batola mengubah kebiasaan menanam padi hanya sekali setahun.

Situasi terakhir inilah yang membuat sejumlah instansi terkait dan stakeholder membuat demonstrasi area varietas padi unggul di Desa Hilir Mesjid, Kecamatan Anjir Pasar, Jumat (23/10).

Di atas lahan seluas 15 hektar, ditanam padi hibrida dari jenis Hipa 21. Seandainya tidak terkendala cuaca, varietas tersebut sudah berbuah dalam 113 hari kedepan.

“Khusus di Anjir Pasar, petani masih menanam setahun sekali varietas padi lokal dengan produksi rata-rata 3,5 ton per hektar,” ungkap Edy Yosef, Kabid Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel.

Kalau diasumsikan harga gabah kering giling Rp5.500, pendapatan petani baru Rp19.250 atau hampir mendekati Rp20 juta per tahun. Sementara untuk sebulan, masih sekitar Rp1,7 juta. Itu belum dikurangi biaya sarana produksi.

“Padahal melihat kondisi lahan di Anjir Pasar, serta Batola umumnya, dimungkinkan dilakukan peningkatan Indeks Pertanaman (IP),” tegas Edy.

“Artinya lahan yang biasanya tak ditanami apapun sepanjang September hingga Januari, masih dapat dimanfaatkan. Selain padi unggul, juga hortikultura berumur pendek,” beber Edy.

Selain varietas hibrida, lahan demonstrasi area juga menggunakan 15 formulator pupuk dengan teknis penanaman jajar legowo.

“Kalau melihat masa penanaman dan varietas yang digunakan, kami cukup percaya demonstarasi area bisa berhasil,” papar Hamdi, salah seorang petani dari Desa Hilir Mesjid.

Sedianya di akhir 2019, sudah pernah dicoba penanaman varietas hibrida dari jenis impara di Anjir Pasar.

“Namun percobaan itu gagal menghasilkan akibat terendam air dan serangan tikus. Sebelumnya bibit juga terlambat didatangkan, sehingga telat juga ditanam,” imbuh petani lain bernama Jamaderi.

Selain faktor teknis, kegagalan sebelumnya juga disebabkan sistem pengelolaan yang dilakukan di lahan perorangan, bukan menggunakan hamparan.

“Sekarang kalau percobaan ini berhasil, kami otomatis yakin untuk menanam dua kali setahun mulai 2021,” papar Hamdi.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Batola sendiri menargetkan penanaman varietas unggul seluas 26.000 hektar sepanjang 2020.

“Hasil panen hibrida di Batola setahun sebelumnya cukup bagus. Seperti di Desa Murung Keramat, dihasilkan 12 ton gabah kering giling per hektar,” sahut Murniati, Kepala Distan TPH Batola.

“Kami juga berharap semua petani Batola, terutama di Anjir Pasar, termotivasi membuktikan lahan rawa bisa dioptimalkan menjadi tanam dua kali. Ini sekaligus menjadi upaya meningkatkan pendapatan mereka,” pungkasnya.

Komentar
Banner
Banner