Info Kesehatan

Awas! Stres Bisa Bikin Toxic, Yuk Kenali Dulu Tandanya

Stres merupakan respons biologis terhadap tekanan eksternal atau internal. Jika pemicu stres parah dan terus-menerus, maka stres dapat dianggap toksik.

Ilustrasi Toxic Stress. Foto: Koldunov /istock photo

apahabar.com, JAKARTAStres merupakan respons biologis terhadap tekanan eksternal atau internal. Jika pemicu stres parah dan terus-menerus, maka stres dapat dianggap toxic.

Stres toksik atau "toxic stress" adalah suatu bentuk stres yang berkepanjangan dan intensitasnya sangat tinggi, yang dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang.

Stres toksik biasanya terjadi ketika seseorang mengalami tekanan atau ketidakpastian yang berlebihan tanpa adanya dukungan yang memadai.

Ini dapat merujuk pada situasi di mana individu terus-menerus mengalami tekanan dan ketidakamanan, tanpa adanya peluang untuk pulih atau mendapatkan dukungan yang cukup.

Baca Juga: 5 Oktober HUT ke-78 TNI, Sejarah Panjang Sang Penjaga Keutuhan NKRI

Seseorang yang mengalami stres toksik mungkin tidak memiliki mekanisme koping yang efektif atau dukungan sosial yang cukup untuk mengatasi beban stres yang berlebihan.

Stres toksik dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan, termasuk kesehatan fisik, mental, dan perkembangan sosial.

Kapan Stres Menjadi ‘Toksik’?

Stress dapat menjadi toxic jika tidak ditangani. Foto: LightFieldStudios/istock photo

Melansir Very Well Mind, Kamis (5/10), ketika menghadapi stres, tubuh merespons dengan melepaskan hormon dan neurotransmiter yang memicu perubahan fisiologis yang diperlukan untuk respons melawan.
Detak jantung dan tekanan darah seseorang meningkat, otot-otot menjadi tegang, dan pernapasan meningkat sebagai tanggapan terhadap bahaya yang dirasakan.

Baca Juga: Benarkah Stres Bisa Memicu Vertigo?

Setelah pemicu stres diatasi, respons stres kemudian dimatikan, mengembalikan tubuh ke keadaan seimbang dan rileks.
Terlalu Banyak Stresor Menyebabkan Stres Toksik
Jika paparan terhadap stres menjadi kronis atau berlebihan, tubuh beralih ke respons stres yang berlanjut. Tanpa mematikan pemicu stres, alarm internal tetap aktif, bahkan setelah ancaman sudah lama berlalu.
Tanda-tanda Stres Toksik
Ilustrasi sakit perut. Foto: PeopleImages/istock photo
Ada beberapa gejala umum yang dapat menjadi cerminan dari stres kronis, dikutip dari Very Well Mind:
- Sakit kepala
- Ketegangan otot
- Kelelahan
- Sakit perut
- Gangguan tidur
- Kegelisahan
- Kurang motivasi
- Sakit kronis
- Perasaan kewalahan
- Iritabilitas atau kemarahan
- Kecemasan, kesedihan, atau depresi
- Penyalahgunaan zat
- Penarikan sosial
Cara Membalikkan Efek Stres Beracun
Yoga dapat menjadi opsi olahraga mencegah stress. Foto: Stigur Mar Karlsson/istock photo
Walaupun stres dapat menyebabkan perubahan pada saraf di otak, tapi otak memiliki ketangguhan yang luar biasa dan seringkali mampu pulih dari efek stres.

Baca Juga: Tips Mengatasi Stres pada Anak

Meskipun stres toksik dapat menjadi faktor dalam kehidupan seseorang, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi dampaknya melalui beberapa teknik manajemen stres:
1. Konsultasi dengan ahli kesehatan mental yang terpercaya melalui terapi bicara.
2. Melakukan pernapasan dalam atau meditasi pernapasan untuk fokus pada keadaan saat ini.
3. Refleksi melalui kegiatan seperti penulisan jurnal atau seni.
4. Mencari dukungan dari orang yang dicintai, teman, dan keluarga.
5. Membangun dan menjaga hubungan yang sehat.
6. Mengurangi beban stres dengan merancang organisasi tugas, membuat daftar tugas, dan meminta bantuan dari orang lain.
Penting untuk mengidentifikasi dan mengelola stres toksik. Dukungan sosial dan lingkungan yang aman dapat membantu mengurangi risiko stres toksik.