Kalsel

Catcalling Mahasiswi Banjarmasin, Wakil Rektor Angkat Bicara

apahabar.com, BANJARMASIN – Pelecehan seksual secara verbal alias catcalling yang dialami MRA (21) mulai menyita perhatian…

Featured-Image
Pihak Uniska menegaskan tidak pernah sama sekali meminta imbalan terhadap mahasiswa soal pemberian beasiswa.

bakabar.com, BANJARMASIN – Pelecehan seksual secara verbal alias catcalling yang dialami MRA (21) mulai menyita perhatian kampus.

Soal pelecehan yang menimpa MRA, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al-Banjari (MAB), Idzani Muttaqin, angkat bicara.

Idzani mengaku telah mengumpulkan jajarannya. Namun, kata dia, tak satupun mengaku.

Dia malah menduga bahwa pelaku catcalling terhadap MRA hanya oknum yang mengaku-ngaku.

Pasalnya, kata Idzani, hal serupa pernah terjadi. Dengan modus yang sama, pengurusan beasiswa.

"Itu pernah kejadian, setelah kita kroscek ternyata orang hanya mengatasnamakan kemahasiswaan," ungkapnya ditemui media ini, Selasa (21/9).

Idzani menegaskan tak pernah sama sekali meminta imbalan terhadap mahasiswa soal pemberian beasiswa.

Beasiswa tidak bisa diberikan langsung oleh dosen atau pun pegawai.

Mahasiswi Jadi Korban Catcalling di Banjarmasin, Narasi: Harusnya Kampus Punya SOP

Semua ketentuan sudah diatur oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti). Mulai dari seleksi hingga melengkapi berbagai persyaratan.

"Jadi kalau ada yang menyebutkan bisa, itu berarti hanya iming-iming saja," terangnya.

Lantas, bagaimana langkah kampus menyelesaikan kasus MRA? Idzani berencana membentuk tim investigasi.

"Kami mengumpulkan data dulu, nanti dibantu oleh tim hukum dari Fakultas Hukum," ujarnya.

Jika terbukti, ia berjanji memberikan sanksi. Namun, sebatas surat peringatan (SP).

Di satu sisi, Idzani meminta MRA untuk melaporkan langsung kasus tersebut kepadanya. Idzani menjamin identitas dan keamanan bakal terjaga.

"Dijamin dan kami lindungi. Kalau dia (MRA) tidak berani datang langsung ke kemahasiswaan, bisa agendakan bertemu di luar," tuntasnya.

Sebelumnya, MRA menjadi korban pelecehan verbal oknum pegawai kampusnya sendiri. Bermula dari beasiswa, lama-kelamaan percakapan mereka menjurus ke topik mesum.

Pelecehan seksual secara verbal sudah berhari-hari MRA rasakan melalui pesan Whatsapp. Tepatnya pada 11-13 September 2021 ketika si pegawai membalas pesan yang dilayangkan MRA.

“Cium barang nah,” ujar pegawai itu kepada MRA. MRA amat paham konteks ucapan pegawai tersebut. “Saat itu saya menanyakan informasi beasiswa melalui nomor kontak yang tertera di instagram resmi kampus,” cerita MRA.

Sempat ingin memendamnya, MRA akhirnya membeberkan kronologi catcalling yang menimpanya. bakabar.com menemui MRA secara khusus pada Selasa (21/9) setelah ia mendapat dorongan dari rekan-rekannya.

Dimintai pendapatnya, Ketua Ikatan Psikolog Kalsel (IPK) Kalsel, Melinda Bahri menjelaskan pengertian daripada Catcalling.

“Pelecehan seksual seperti ini banyak menimpa anak-anak perempuan atau perempuan dewasa, ini di psikologi disebut pelecehan seksual secara verbal, termasuk kekerasan seksual psikis,” ujarnya.

Lantas, bagaimana cara memutus mata rantai Catcalling? Melinda mendorong untuk korban berani angkat bicara.

“Karena bentuknya terselubung, pelaku seperti ini hanya berani melalui chat, jika korban merespons maka mereka akan beraksi,” ujarnya.

Kebanyakan korban, kata dia, cenderung hanya diam, malu dan lebih takut akan stigma.

“Kami apresiasi MRA sudah mau membuka apa yang terjadi, semoga ada respons minimal dari kampus sebagai efek jera,” ujarnya.

Lebih jauh, Melinda melihat perlu adanya pendampingan untuk menjaga psikologis MRS.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

HALAMAN
12


Komentar
Banner
Banner