bakabar.com, PARINGIN – Anton, seorang petani tanaman porang di Balangan, sukses panen 10 ton.
Tadinya, ia tidak mengetahui tanaman porang tumbuh di lahan kebun cabenya, di Desa Buntu Karau, RT 01, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan.
Anton sempat bingung, sebab tadinya ia mengira hanya tumbuhan liar.
Akan tetapi, ia terus merawatnya. Hingga berselang satu tahun, Anton kedatangan tamu, menanyakan tanaman porang.
Setelah diberitahukan ciri-ciri tanaman porang, Anton kemudian mebawa orang itu menunjukkan tanaman hutan yang tumbuh di kebunnya itu.
“Waktu itu saya mendapatkan 50 kg dan di beli dengan harga 3.500/kg, total yang kumpulkan 175.000,” ujarnya saat ditemui bakabar.com, di kebunnya di Kecamatan Juai, Balangan, Sabtu (21/8).
Dirasa bernilai, Anton kemudian mulai menanamnya dalam jumlah banyak.
“Mulai lah saya belajar dari internet untuk apa saja kegunaan porang, bagimana cara menanam dan mempelajari siklus hidup tumbuhan porang,” beber Anton.
Menurut Anton, caranya menanam porang cukup mudah. Yaitu hanya dengan menggali tanah dan menanam bibit umbi porang yang sudah bertunas.
Untuk jarak ideal 40 cm pertanaman. Menurutnya, jenis tanah yang bagus adalah berwarna hitam dan agak lembab tetapi tidak basah.
Anton menjelaskan masa panen Porang paling cepat satu musim yaitu 9 bulan. Umbi Porang bisa berukuran 3-4 kg besarnya.
Jika dipanen 2 musim atau maksimal 3 musim, maka umbi porang bisa berukuran 9-12 kg.
“Harga umbi porang sebelum di bentuk chip saya jual Rp 9000 per kg. Untuk harga porang yang sudah di bentuk chip lalu di ekspor saya tidak mengetahui,” bebernya.
Anton mengaku ketika panen perdana, sempat menghasil 10 ton. Dengan jumlah tersebut ia mengaku mendapatkan uang hingga Rp90 juta.
Terpisah, Ketua Asosiasi Petani Porang se Kalimantan Selatan, Joni Sulistianto menerangkan, peran pemerintah Balangan tahun 2020-2021 terhadap petani Porang sangat membantu.
“Balitbangda tiap tahunnya memberikan alat kepada kelompok petani porang, Dinas Ketahanan Pangan juga memberikan bibit porang kepada kelompok petani porang,” ujarnya saat berada di kebun Anton.
Disamping itu, lanjut dia, Dinas pertanian tahun 2021 telah menganggarkan program budidaya Porang. “Dan terakhir pemerintah mendorong pihak perbankan khususnya BNI untuk memberikan kridit usaha rakyat yang bayarnya 2 tahun atau setelah panen,” beber Joni.
Joni juga mejelaskan program perbankan tersebut hanya ada di kabupaten Balangan, untuk Kalimantan Selatan. “Nasional-nya hanya ada di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan,” pungkasnya.
Ekspor ke Jepang
Tanaman Porang Balangan, turut menyumbang ekspor Kalsel ke Jepang. Maret 2021 lalu eskpor porang dilepas secara simbolis di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin.
Ekspor tersebut sebanyak 10 ton dari total permintaan sebanyak 100 ton, yang harus dipenuhi dalam waktu lima bulan.
Komoditas asal sub sektor tanaman pangan ini, di ekspor ke Negara Jepang dalam bentuk chips, oleh PT Buana Alam Lestari dengan nilai ekonomi senilai Rp560 juta.
Porang diberangkatkan melalui Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, menggunakan moda transportasi laut, yaitu KM Tanto Langgeng V.220 menuju Pelabuhan Ishigaki Jepang.
“Ini adalah bentuk komitmen seluruh pemangku kepentingan pembangunan pertanian di Kalimantan Selatan, untuk mensukseskan peningkatkan ekspor pertanian,” kata Imam Djajadi, mewakili Kepala Badan Karantina Pertanian RI, saat melepas ekspor perdana, Senin 12 Maret 2021.
Menurut Imam, selain sebagai kabar yang menggembirakan, ia berharap pencapaian ini menjadi satu pendorong kuat, bagi upaya pemulihan ekonomi baik untuk masyarakat Kalsel, khususnya petani porang Kabupaten Balangan maupun secara nasional.
“Satu penyumbang terbesar ekspor dari Kalsel saat ini adalah produk hasil olahan kelapa sawit. Namun kini Kalsel membuka ragam komoditas ekspor baru berupa porang chips. Kedepan momentum positif ekspor perdana ini terus kami jaga dan tingkatkan, agar pertanian di Kalsel dapat terus ambil bagian dalam perkembangan ekonomi, terlebih di masa pandemi yang masih berlangsung,” ujarnya.
Balai Karantina Pertanian Banjarmasin Ekspor Porang Balangan ke Jepang