bakabar.com, BANJARMASIN – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mulai terjadi di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Titik-titik hotspot api mulai bermunculan menyusul mulai masuknya musim kemarau di Banua.
Seperti yang terjadi di kawasan Seberang Batu Besi Trikora, Landasan Ulin, Banjarbaru kemarin, Jumat (30/7).
Lahan yang ditumbuhi purun tikus dan pohon galam terbakar seluas 10 hektar.
Akibatnya kabut asap mulai muncul, khususnya di kawasan Banjarbaru.
Seperti yang dikeluhkan Firman, warga Landasan Ulin ini. Kabut asap mulai terasa di lingkungannya.
"Apalagi lagi kalau malam di Jalan Ahmad Yani. Kabutnya cukup tebal menghalangi jarak pandang. Mata terasa pedas," katanya.
Kapolda Kalsel, Irjen Pol Rikwanto saat dimintai komentar menyebut, Karhutla yang terjadi saat ini sudah diprediksi sebelumnya setelah melihat kurangnya curah hujan di Banua.
"Minggu-minggu ini memang sudah tak turun hujan. Seperti dugaan akan muncul titik api," ujarnya, Sabtu (31/7).
Lambatnya laporan masuk menjadi salah satu persoalan sehingga titik api menjadi meluas dan sulit dipadamkan.
Disamping itu sulitnya titik yang dijangkau menjadi kendala di lapangan.
"Namun kecepatan tetap kita optimalkan untuk hal tersebut," imbuh jenderal polisi bintang dua ini.
Kendati demikian, Rikwanto mengatakan soal besar kecil lahan yang terbakar adalah hal yang relatif. Langkah yang diambil untuk segera memadamkan lah yang utama.
"Tidak boleh menyebar lebih luas lagi. Intinya adalah segera dipadamkan," imbuhnya.
Lantas apa langkah konkret untuk mencegah Karhutla di Kalsel? Rikwanto mengatakan, koordinasi dengan pemerintah daerah adalah yang utama. Khususnya daerah yang menjadi lokasi titik api.
"Bupati dan Wali Kota menjadi ujung tombak di masyarakatnya. Jadi sampai camat, kepala desa sampai RT. Di situlah kekuatan utama pencegahan karhutla ini," ucapnya.
Rikwanto bilang, di Kalsel masih ada kelompok masyarakat yang memiliki kebiasaan membuka lahan dengan cara membakar.
Pemerintah harus berperan aktif untuk mengedukasi bahayanya tindakan tersebut.
"Bagaimanapun juga masih ada anggota masyarakat yang berpikiran sangat lokal. Sehingga dia tak tahu efek membuka lahan dengan membakar itu bisa berakibat tak baik. Itu yang dikedepankan disamping kita liat hotspot segera dipadamkan. Dua-duanya berjalan," bebernya.
Dengan adanya kejadian kebakaran lahan di kawasan Seberang Batu Besi Trikora, Rikwanto mengingatkan kepada struktur daerah untuk kembali aktif berperan untuk mencegah Karhutla lebih luas di Kalsel.
"Dengan kejadian kemarin kita ingatkan lagi struktur daerah agar berperan aktif lagi untuk menekan masyarakatnya jangan membakar untuk membuka lahan," pungkasnya.