Sport

Lepas Kepemilikan Klub, Begini Penjelasan Manajemen Martapura FC

apahabar.com, MARTAPURA – Kendati menjadi keputusan terberat, terdapat sederet pertimbangan yang akhirnya membuat manajemen Martapura FC…

Featured-Image
Penampilan terakhir pemain-pemain Martapura FC, sebelum klub tersebut diakuisisi dan berganti nama menjadi Dewa United FC. Foto: Martapura FC

bakabar.com, MARTAPURA – Kendati menjadi keputusan terberat, terdapat sederet pertimbangan yang akhirnya membuat manajemen Martapura FC melepas kepemilikan klub.

Pengakuisisian Martapura FC memang cukup mengejutkan. Terlebih mereka sudah selama 12 tahun mewarnai perkembangan sepakbola Kalimantan Selatan.

Namun Martapura FC yang sebenarnya masih terdaftar sebagai peserta Liga 2 2021, diumumkan berganti nama menjadi Dewa United FC, Senin (22/2).

Seiring akuisisi itu, Dewa United FC tidak lagi bermarkas di Stadion Demang Lehman yang ditempati Martapura FC selama nyaris 12 tahun.

Mereka berpindah ke Tangerang dan direncanakan menjadikan Indomilk Arena sebagai kandang.

Kendati membuat fans Martapura FC bersedih, akuisisi menjadi keputusan akhir yang harus diambil manajemen. Pun keputusan itu tidak diambil dalam semalam.

“Kepada pecinta dan penggemar Martapura FC, dengan sangat terpaksa akuisisi terjadi dan klub tidak bermarkas lagi di Martapura,” ungkap Ketua Umum Martapura FC, Mohamad Hilman, Rabu (24/2).

“Ini merupakan keputusan terberat yang harus diambil manajemen. Kami pun memiliki beberapa pertimbangan, sebelum memutuskan diakuisisi,” imbuhnya.

Pertimbangan pertama adalah keterbatasan pemain lokal yang mampu bersaing dan mengangkat prestasi Martapura FC, terutama setelah bermain di Liga 2.

Meski tetap bermain di kompetisi profesional, ternyata situasi tersebut kurang berbanding lurus dengan visi dan misi pembentukan Martapura FC.

“Padahal ketika dibentuk 2009 dan mulai berkompetisi di Divisi III, Martapura FC diharapkan menjadi wadah pesepakbola banua untuk berkompetisi di liga profesional,” tegas Hilman.

“Namun ketika bermain di Liga 2, sudah sangat sedikit dan bahkan tidak seorang pun pemain lokal Martapura FC yang mampu bersaing,” tambahnya.

Pertimbangan berikutnya adalah kondisi finansial yang semakin berat, terutama setelah industri sepakbola terdampak Covid-19.

Pandemi pula yang menghentikan Liga 2 2020, kendati Martapura FC sempat bertanding sekali. Pun pelaksanaan Liga 2 2021 masih belum jelas.

Selain harus berjuang mempertahankan hidup, Martapura FC juga memiliki sejumlah kewajiban finansial yang harus dituntaskan dengan pemain dan ofisial.

“Dalam beberapa musim sebelumnya, kami sempat mempercayakan pengelolaan klub kepada pihak lain. Ternyata kondisi ini menyisakan beban utang, terutama kepada pemain dan ofisial,” papar Hilman.

“Akibat penambahan beban finansial dan kondisi kompetisi yang tidak pasti, dengan berat hati akuisisi harus dilakukan,” bebernya.

Terkait kewajiban kepada pemain dan ofisial, Hilman memastikan semuanya sudah dituntaskan, termasuk musim 2020 yang dihentikan.

“Semua kewajiban sudah dipenuhi, termasuk kendala-kendala yang sempat terjadi. Makanya sampai sekarang pemain dan ofisial masih bertahan di Martapura,” tegas Hilman.

“Kontrak pemain sendiri dilaksanakan per musim kompetisi. Oleh karena sekarang sudah berakhir, kontrak pemain tidak berhubungan dengan proses akuisisi,” tandasnya.

Kendati proses akuisisi belum rampung, terutama persyaratan administrasi, Dewa United FC sudah melakukan persiapan menghadapi Liga 2 2021.

Mereka mendapuk sosok berpengalaman seperti Kas Hartadi sebagai pelatih. Sebelumnya Kas Hartadi pernah menangani Sriwijaya FC dan Kalteng Putra.

Kemudian CEO Dewa United adalah Kevin Hardiman, sedangkan COO ditempati presenter acara olahraga Rendra Soedjono.



Komentar
Banner
Banner