Kalsel

5 Hari Belum Ditemukan, Ini Kronologi Hilangnya Anak Berkebutuhan Khusus di Kebun Sawit Pangkalan Bun

apahabar.com – PANGKALAN BUN – Sudah 5 hari anak berkebutuhan khusus yang hilang di perkebunan sawit…

Featured-Image
Ilustrasi: tribunnews.com

bakabar.com – PANGKALAN BUN – Sudah 5 hari anak berkebutuhan khusus yang hilang di perkebunan sawit Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, belum ditemukan.

Plt Kepala BPBD Kabupaten Kobar Tengku Ali Syahbana saat dikonfirmasi bakabar.com membenarkan belum ditemukannya anak yang hilang secara misterius itu.

"Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TRC BPBD Kobar, Bhabinkantibmas, Tagana, PMI, Ketua RT dan masyarakat terus berupaya mencari,” kata Tengku Ali Syahbana, Selasa (15/9).

Ali Syahbana menjelaskan pencarian terhadap anak hilang ini telah diperluas. Bahkan, pihaknya dalam melakukan pencarian juga telah mendirikan posko serta menginformasikan ke media sosial guna mempermudah pencarian.

“Hingga kini tim masih terus melakukan upaya pencarian, mudah – mudahan dan mohon doanya petugas dapat segera menemukannya,” pungkasnya.

Kronologi Kejadian

Menurut sumber yang dihimpun bakabar.com, anak itu sudah hilang sejak 11 September 2020.

Awalnya, setelah menghilang, salah seorang keluarganya, Salimah, mencari anak itu ke pondok perkebunan sawit. Tapi si anak tidak ditemukan.

Kemudian Salimah mengajak Solih dan Sunarmi (ibu si anak) menyebar ke sekitar lokasi hilangnya anak itu. Sebagian ada yang mencari ke arah perkampungan warga. Bahkan ada juga yang melakukan pencarian di danau yang berada tidak jauh dari perkebunan sawit. Tapi upaya itu masih nihil.

Tak lama berselang, Solih menemukan celana milik si anak. Lima meter dari lokasi penemuan celana, juga ditemukan baju.

"Celana dan baju, ditemukan sekitar 300 meter dari arah parit pinci,” kata Solih.

Setelah penemuan itu, pihak keluarga langsung melaporkan kepada pihak berwajib.

"Kita semua sudah berusaha maksimal mencari, tapi tetap pencarian terus dilakukan,” kata Plt.Kepala BPBD Kabupaten Kobar Tengku Ali Syahbana.

Editor: Puja Mandela

Komentar
Banner
Banner