bakabar.com, BANJARMASIN – Peringatan Hari Teater Sedunia diperingati dengan cara yang tidak biasa oleh para seniman Banua.
Jika biasanya Hari Teater Sedunia yang diperingati setiap 27 Maret dilaksanakan satu tempat yakni di Balairung Sari, Taman Budaya Kalsel, kali ini perayaannya digelar di beberapa tempat.
Baca Juga: Irama Lenso dan Upaya Soekarno 'Menyingkirkan' Rock N Roll dari Indonesia
UPTD Taman Budaya Kalsel bersama Forum Apresiasi Seni Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat dan para seniman dan pegiat seni Kalsel merupakan pihak yang saling bekerja sama untuk menggelar perayaan dengan melakukan parade mamanda keliling.
Perayaan Hari Teater Sedunia dimulai pada 7 Maret 2020 yang dilanjutkan 7 hari kemudian, dan begitu pula seterusnya, sampai berakhir pada 28 Maret.
Ada beberapa lokasi yang dipilih yaitu Desa Pemangkih Darat (7 Maret), Koramil Banjarmasin Selatan (14 Maret), Komplek Purnama Permai III Sungai Aandai (21 Maret) dan Museum Wasaka Sungai Jingah (28 Maret).
Acara yang dipelopori oleh FAS FH ULM merangkul beberapa sanggar di antaranya, Sanggar Budaya Kalimantan Selatan, Sanggar Kariwaya, Sanggar Pusaka Tabalong, Sanggar Lawang Banjarmasin.
“Tujuannya tidak lain ingin memperkenalkan kembali serta mengedukasi masyarakat tentang Teater Tradisi Mamanda sendiri itulah mengapa kita menghadirkan juga 3 pemateri yang kompeten,” ucap ketua pelaksana kegiatan, Hary Zulkarnain, kepada bakabar.com, Selasa (10/3).
Pemateri yang dimaksud adalah para pelaku seni dan budayawan Banjar; Abdullah, Abdul Rasyid, dan Muchlis Maman (Julak Larau).
Pada pentas perdana yang digelar di Gambut, perayaan Hari Teater Sedunia dibuka dengan pemukulan gong dari Kepala Taman Budaya Kalsel, Suharyanti.
Usai pemukulan gong, acara dilanjutkan dengan penampilan tari Radap Rahayu yang berhasil mengundang decak kagum warga. Lalu, ada pula “Bamadihin” yang berhasil mengundang gelak tawa penonton.
Sayangnya perayaan Hari Teater Sedunia kali ini disambut kurang antusias oleh masyarakat. Menurut Hary Zulkarnain, kegiatan seni dan budaya mesti diperbanyak agar masyarakat lebih mengenal dan paham budayanya sendiri.
Baca Juga: 40 Tahun "Cermin", Album Rock Dahsyat yang Tak Laku
Reporter: Wahyu AbyadEditor: Puja Mandela