Religi

Mengenang Abah Guru Sekumpul (18), Kisah Sedih saat Menimba Ilmu

apahabar.com, BANJARMASIN – Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) dilahirkan di keluarga miskin…

Featured-Image
 Abah Guru Sekumpul dengan salah satu guru utamanya, Syekh Muhammad Syarwani Abdan Al Banjari (Bangil).Foto- net

bakabar.com, BANJARMASIN - Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) dilahirkan di keluarga miskin yang taat beragama. Meskipun hidup susah, Abah Guru tidak lantas pasrah dengan keadaan. Perjuangan di masa-masa sekolah ini penuh dengan cerita kesedihan.

Dari berbagai sumber diceritakan, Abah Guru ketika masih muda kerap menjajakan Wadai (roti) buatan sang ibu untuk membantu perekonomian keluarga. Setiap harinya, keluarga mereka hanya bisa membeli satu bungkus nasi untuk dibagi empat.

"Satu bagian untuk ayah, satu bagian untuk ibu, satu bagian untuk adik, dan sisanya untuk beliau (Abah Guru)," ujar Tuan Guru H Ahmad Mulkani ketika menceritakan pengalamannya bersama Abah Guru.

Baca Juga:Mengenang Abah Guru Sekumpul (13), Berguru pada 179 Ulama, Tersebar dari Banjar hingga Tanah Suci

Baca Juga:Mengenang Abah Guru Sekumpul (12), Seorang Habib Diberi Isyarat Tentang Rencana Pernikahan Beliau

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (11), Dikenal Jenius, Tapi Pernah Tidak Naik Kelas

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (10), Sempat Mau Dibunuh Ketika Mengajar

Abah Guru bercerita, kata Guru Mulkani, di masa kecilnya kerap menawarkan diri kepada orang lain untuk menjualkan sesuatu.

"Ada pohon pisang yang daunnya rimbun, Abah Guru menanyakan kepada orang di sekitarnya, siapa pemiliknya. Jika diketahui, beliau kemudian menawarkan diri membantu untuk menjualkannya ke pasar," kata Guru Mulkani.

Ketika sekolah, Abah Guru tidak mampu membeli kitab. Beliau hanya punya buku tulis dan pensil. Setiap harinya, Abah Guru meminjam kitab temannya untuk dicatat terlebih dahulu.

"Sekitar satu halaman mencatat, karena itu yang akan diajarkan guru," sambung Guru Mulkani.

Dari kebiasaan menulis kitab tersebut, kata Guru Mulkani, Abah Guru di antaranya hafal kitab tersebut.

"Kitab Baijuri dua jilid yang tebal itu, beliau hafal," ungkap Guru Mulkani.

Di antara kitab yang juga dihafal Abah Guru adalah Alqur'an dan Kitab Tafsir Jalalain.

Perjuangan dalam menuntut ilmu di masa-masa awal itu juga diceritakan Abah Guru Sekumpul di majelisnya. Mulai dari pakaian yang hanya beliau miliki satu-satunya, sehingga harus dipakai setiap hari untuk ke sekolah.

"Karena dipakai tiap hari, ada teman yang tutup hidung apabila aku lewat. Dan memang bau," ujar Abah Guru.

Waktu istirahat, santri yang lain jajan di warung. Abah Guru pulang ke rumah di keraton, hanya untuk minum air putih. Dan kembali ke sekolah setelah itu.

Abah Guru Sekumpul memiliki tekad belajar yang kuat. Desa Keraton-Kampung Melayu jaraknya cukup jauh, namun jarak tersebut tak menjadi penghalang untuk beliau menuntut ilmu.

"Mengaji ke tempat Kak Anang (Tuan Guru H Anang Sya'rani Arif) selama 4 tahun ke Kampung Melayu. Dua tahun bejalan batis (jalan kaki), dua tahun bersepeda," kenang Abah Guru.

Sepeda itu pun merupakan hadiah dari Sang Guru untuk beliau.

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (17), Pejabat Kemenag RI AsalKalsel Punya Cerita

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (16), Sikap Beliau dalam 'Politik'

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (15), Dua Ulama Ini Sudah Mengetahui Beliau akan Pindah ke "Sarang Perampok"

Baca Juga:Mengenang Abah Guru Sekumpul (14), Keluarkan 1 Milyar di Setiap Minggunya

Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner