bakabar.com, BANJARMASIN – Menetap di Banjarmasin tak selalu mengenakkan. Terlebih ketika musim hujan tiba.
Di Jalan Simpang Pengambangan, warga terus kebanjiran saat debit air Sungai Martapura naik.
Air pasang sering ditemui ketika salat magrib hingga pukul 09.00. Beruntung seiring berjalan waktu debit air mulai mereda, tidak seperti puncak terendam saat malam hari.
Kondisi demikian berdampak negatif kepada warga di tiga RT sekaligus, yakni RT 9, 10, dan 28.
Saat malam hari, aktivitas warga lumpuh total. Jalan simpang Pengambangan, akses satu satunya yang dimiliki warga. Saat air pasang, ketinggian bisa sepantaran orang dewasa.
Untuk mengatasi itu, sebenarnya pada 2019 lalu pemerintah Banjarmasin sudah membebaskan lahan guna perbaikan jalan.
Terhitung 25 unit tempat tinggal yang dominannya bermukim di atas sungai telah digusur dengan uang ganti rugi.
Namun sampai sekarang, Pemkot seakan tidak memberikan harapan kapan perbaikan jalan tersebut dilakukan.
Melalui Ketua RT 9 Halim Ahmad, warga sangat berharap perbaikan jalan itu segera dilaksanakan.
Selaku ketua RT warga yang terdampak, Ahmad sudah melihat grand desain yang dipaparkan. Gambarannya seperti jembatan gantung dengan struktur utama berbahan beton.
“Mohon Pemkot agar dipercepat itu realisasinya, karena masyarakat sudah bertanya pada kita, kapan jalan ini diperbaiki,” tegasnya kepada bakabar.com, Sabtu (18/1).
Apalagi, lanjut dia kondisi debit air setinggi orang dewasa tersebut memaksa anak sekolah menenteng sepatu untuk berangkat menuju SDN Pengambangan 10.
Belum lagi orang yang bekerja kantoran seakan wajib untuk terlambat sampai ke tempat kerjanya.
“Kasian mereka, apalagi anak sekolah untuk tidak ada korban ketika air pasang itu tiba,” tuturnya.
Lalu apa tanggapan Wali Kota Ibnu Sina dan 55 anggota DPRD Banjarmasin untuk menangani hal itu?
Ibnu Sina, kata Ahmad, belum pernah sekalipun berkunjung ke Jalan Simpang Pengambangan. Apalagi ketika debit air tinggi.
Meski begitu Ibnu, kata dia, lagi telah membantu memperbaiki beberapa rumah di kawasan tersebut.
Terpantau bakabar.com, rumah warga di sana dicat kuning dan hijau identik dengan warna ciri khas Kota Banjarmasin, tanda perbaikan sudah dilakukan.
“Tetapi kita tetap ingin Pak Wali agar memeriksa dan meninjau lokasi itu,” imbuhnya.
Debit air naik sehingga mengganggu aktivitas warga itu sudah sejak lama. Sudah ditanggulangi dengan membangun Siring berdasar kayu pada tahun 90-an.
Tujuannya tidak lain untuk menghalau air merembes masuk hingga menyentuh jalan utama. Tetapi hal itu tidak bertahan lama. Kerasnya terjangan air Sungai Martapura membuat Siring tersebut tererupsi.
Lalu warga kembali melakukan swadaya untuk membangun Siring pada awal tahun 2000. Di 2003, Siring tersebut lantas terseret oleh air pasang lagi.
“Dua kali jatuh Siring ini sampai kami tidak ingin membuat lagi dan menunggu realiasi bantuan Pemkot saja,” pungkasnya.
Baca Juga:Polwan di Banjar Obati dan Berikan Trauma Healing Korban Banjir
Baca Juga:Batola Pasang Status Siaga Darurat Banjir
Reporter: Bahaudin QusairiEditor: Fariz Fadhillah