bakabar.com, MARABAHAN – Pertama kali menurunkan mahasiswa dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN), Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMB) sudah mendapat ekspektasi tinggi.
UMB yang resmi berdiri sejak 2015, menurunkan 199 mahasiswa untuk menjalani KKN di Barito Kuala, tepatnya 22 desa di Kecamatan Jejangkit dan Anjir Pasar.
Di antaranya Desa Andaman, Anjir Pasar Kota, Seberang Pasar, Banyiur, Barunai Baru, Mentaren, Cahaya Baru, Sampurna, Bahandang, Jejangkit Muara, Jejangkit Pasar dan Jejangkit Timur.
Mahasiswa tersebut berasal dari tiga fakultas dengan enam program studi farmasi, psikologi, teknik sipil, arsitek, planologi dan informatika.
Sebelum diterjunkan ke masing-masing desa, mereka diantar Rektor UMB, Prof Dr H Ahmad Khairuddin MAg, ke Marabahan dan selanjutnya diterima Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS, Kamis (30/01).
Tidak sekadar menjadi salah satu syarat wajib mencapai gelar sarjana, 199 mahasiswa tersebut juga diharapkan memberi manfaat kepada Batola.
“Kami senang menerima mahasiswa KKN angkatan pertama dari perguruan tinggi yang kebetulan berlokasi di Batola,” ungkap Noormiliyani.
“Namun kami juga menginginkan kegiatan ini memberikan masukan, terutama dalam pengembangan Jejangkit Eco Park yang sudah didukung Pemprov Kalimantan Selatan dan Kementerian Pariwisata,” imbuhnya.
Selama satu bulan kedepan, semua mahasiswa ditarget dapat menyelesaikan beberapa persoalan di masyarakat secara tematik, sesuai program studi masing-masing.
“Sebelum turun ke lapangan, kami sudah melakukan observasi,” papar Nafisah Gusti, mahasiswa Fakultas Farmasi yang ditempatkan di Desa Mentaren.
“Selama berada di lokasi, kami di antaranya membuat pelatihan jamu herbal dari tanaman sekitar, maupun dari tanaman yang berpotensi dikembangkan,” imbuhnya.
Disamping pelepasan mahasiswa KKN, juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UMB dengan Pemkab Batola.
“MoU tersebut membuka kemungkinan melakukan Memorandum of Action (MoA) di berbagai bidang kegiatan,” sahut Khairuddin.
“Kami mempunyai beberapa pusat kajian, seperti pengembangan wilayah dan kota, psikologi maupun kesehatan. Hal ini bisa menjadi second opinion untuk rancangan yang sudah dibuat,” sambungnya.
“Kedepan kami mencanangkan keberadaan desa binaan di Batola. Terlebih mahasiswa tak seharusnya berada di menara gading, tetapi harus mampu melihat persoalan-persoalan di masyarakat,” tandasnya.
Baca Juga: Program Masih Kurang Efektif, Batola Urung Raih SAKIP BB
Baca Juga: Menunggu Asam Turun, Inilah yang Bisa Dilakukan Petani Ikan Marabahan
Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Aprianoor