Kalsel

Efek Jutaan Ikan Mati di Marabahan, Pedagang Makanan Kena Protes

apahabar.com, MARABAHAN – Kematian jutaan ikan nila di Kecamatan Marabahan dan Bakumpai, ternyata berimbas kepada pedagang…

Featured-Image
Pedagang di Pasar Ikan Wangkang terpaksa menjual ikan yang berukuran lebih kecil akibat panen dini petani ikan. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

bakabar.com, MARABAHAN – Kematian jutaan ikan nila di Kecamatan Marabahan dan Bakumpai, ternyata berimbas kepada pedagang makanan yang menyajikan menu ikan.

Tak kurang 2.580.000 ekor ikan dalam 258 keramba jaring apung, mati akibat peningkatan keasaman air Sungai Barito. Mayoritas merupakan ikan nila yang berusia 2 hingga 4 bulan.

Musibah tersebut berimbas besar, karena kematian ikan itu mencapai 50 persen dari jumlah ikan atau dengan total kerugian mencapai Rp3,8 miliar.

Nilai kerugian didapat dari pengalian 258 keramba dengan jumlah panen biasa seberat 500 kilogram, lalu dikali harga rata-rata per kilogram sebesar Rp30 ribu.

Jumlah kerugian tersebut bisa saja lebih besar, mengingat harga jual ikan nila di Pasar Marabahan mencapai Rp35 ribu hingga Rp38 ribu per kilogram.

Agar tidak merugi lebih besar, beberapa petani terpaksa melakukan panen dini. Penjualan pun terbatas hanya di Marabahan dan sekitarnya.

“Cukup sulit membawa ikan ke Banjarmasin, karena berisiko mati dalam perjalanan,” ungkap Fadlan, salah seorang petani ikan di Jalan Panglima Wangkang Marabahan, Kamis (9/1).

Sekalipun harga jual dari petani tidak banyak berubah, jenis ikan yang dijual tersebut kurang memenuhi standar pasar lantaran berukuran lebih kecil.

“Kebanyakan nila yang dijual sekarang lebih kecil. Biasanya jumlah ikan dalam 1 kilogram sekitar 4 ekor. Kalau sekarang diisi 6 hingga 7 ekor per kilogram,” jelas Sri yang berjualan di Pasar Ikan Wangkang.

“Kami juga terpaksa menerima ikan berukuran paling kecil, lalu dijual seharga Rp25 ribu hingga Rp28 ribu per kilogram,” imbuhnya.

Selain berukuran lebih kecil, stok juga tidak sebanyak sebelumnya karena jumlah pemasok berkurang. Pembeli harus datang lebih pagi ke pasar agar tidak kehabisan.

“Nila mulai sulit dicari dalam dua pekan terakhir. Sekalipun sudah punya pedagang langganan, bisa saja tidak sempat kebagian,” beber Rinda, pedagang makanan di Jalan AES Nasution Marabahan.

Oleh karena ukuran ikan mulai tidak standar, Rinda harus selektif, “Pernah kami diprotes pembeli, karena menyajikan nila yang berukuran lebih kecil,” papar Rinda.

“Kalau berukuran terlalu kecil, ikan yang disajikan setidaknya harus berjumlah 2 ekor agar tidak diprotes pembeli,” tandasnya.

Baca Juga: Banjir Cempaka, PUPR Kalsel: Bukan Kiriman Kawasan Setdaprov

Baca Juga: Limbah Oli di Sungai Martapura Pusingkan Pemkot Banjarmasin

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner