Kalsel

Blak-blakan Walhi Soal Biang Kerok Banjir Kalsel

apahabar.com, BANJARMASIN – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) kembali blakblakan soal banjir yang menerjang Kalimantan Selatan…

Featured-Image
Sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan terendam banjir di awal tahun 2020. Foto-istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) kembali blakblakan soal banjir yang menerjang Kalimantan Selatan di awal tahun ini.

Banjir yang melanda di awal tahun ini rupanya sudah dalam radar organisasi lingkungan hidup independen itu.

“Selain karena cuaca ekstrem, banjir tak lepas akibat degradasi lingkungan,” jelas Direktur Eksekutif Walhi Kalsel Kisworo Dwi Cahyono kepada bakabar.com, Kamis (2/1) sore tadi.

Jokowi Telepon Gubernur Soal Banjir Kalsel, Gak Kebalik Pak?

Dari laporan Walhi, Kalsel terdapat 814 lubang milik 157 perusahaan tambang batu bara.

Sebagian lubang berstatus aktif, dan sebagian lagi telah ditinggalkan tanpa reklamasi.

“Dari 3,7 juta hektar total luas lahan di Kalsel, nyaris 50 persen di antaranya sudah dikuasai oleh perizinan tambang dan kelapa sawit,” jelas Kis.

Rusaknya ekosistem alami di daerah hulu yang berfungsi sebagai area tangkapan air atau catchment areamenyebabkan kelebihan air di daerah hilir yang berujung pada banjir.

“Dan ini sudah sering saya sampaikan bahwa Kalsel ini darurat ruang dan darurat bencana ekologis,” ujar Kis.

Lantas apa solusi dari Walhi?

Pemerintah provinsi Kalsel, kata Kis, mesti menindaklanjuti temuan tutupan lahan dan daerah aliran sungai yang sudah rusak dan kritis.

“Tanggap bencana, sebelum, pada saat dan pascabencana. Review perizinan dan jangan menambah izin baru untuk tambang dan perkebunan monokultur skala besar (Sawit, HTI, HPH),” terangnya.

“Gubernur Kalsel Sahbirin Noor harus segera turun tangan,” sambungnya lagi.

Di awal tahun ini, sejumlah wilayah di Kalsel seperti Banjarbaru, Kabupaten Banjar, dan Tapin tergenang air. Tak hanya di 3 titik itu, Kabupaten Tanah Bumbu juga sudah mulai waspada.

Juni lalu, banjir serupa turut menerjang Bumi Bersujud, sebutan Tanbu. Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial Universitas Lambung Mangkurat mendapati genangan banjir di Tanbu mencapai 4.252 hektar.

Banjir diduga akibat krisis ekologis Kalsel sambungnya tidak lepas pula dari konflik lahan.

Pascabanjir Dahsyat HST, 5 Mayat Ditemukan di Hantakan

Walhi meminta penegakan hukum bagi pelaku kejahatan lingkungan terutama terhadap korporasi nakal terus digalakkan.

“Inventarisasi lahan dan DAS yang kritis agar segera dilakukan pemulihan yang terarah dan terukur dari hulu sampai hilir,” ujarnya.

“Juga pastikan tidak ada perusahaan nakal yang memanfaatkan banjir ini untuk membuang limbah.”

Rekomendasi lain, yakni me-review kembali Rencana Tata Ruang Wilayah, sehingga dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang pemerintah juga memastikan keselamatan rakyat dan lingkungan hidup.

"Kami mendesak pemerintah pusat dan daerah membentuk Komisi Khusus Kejahatan Tambang, dan Pengadilan Lingkungan," tegasnya.

Kemudian, segera melakukan audit lingkungan dan mencabut izin-izin tambang yang nakal, maupun izin tambang yang masih belum beroperasi.

Terakhir, Walhi meminta agar jangan jadikan bencana di Kalsel sebagai proyek semata. “Tapi sebagai cambuk untuk peduli terhadap lingkungan dan keselamatan rakyat,” pungkas Kis.

Di lain pihak, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah Kalsel, Wahyuddin telah menyiapkan sejumlah perencanaan penanggulangan banjir.

Pemetaan titik rawan banjir sudah dilakukan. Antara lain, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Banjarmasin, Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala dan Balangan.

Innalillahi, Balita di Banjarbaru Tewas Tenggelam Saat Main Banjir

“Untuk siaga kebakaran hutan dan lahan sudah berakhir, jadi sekarang sudah kita siapkan satuan tugas banjir, puting beliung dan longsor,” ucap Ujud, sapaan akrabnya.

Dari laporan BPBD per Rabu (01/01) kemarin, banjir di Kabupaten Tapin, tepatnya di Jalan Pantai Belanti, Binuang, Tapin, telah merendam 30 rumah yang diisi oleh 35 keluarga, dan 118 jiwa, serta satu kios milik warga.

Sedangkan untuk banjir di Banjarbaru, tepatnya di Jalan Kertak Baru RT 23, RT 25, RT 22, RT 24, dan Jalan Cempaka RT 06 RW 02 Kelurahan Cempaka merendam 34 rumah dan sebuah sekolah.

“Saat ini air sudah berangsur surut dan tim masih bersiaga di lokasi” tutupnya.

Baca Juga: Sungai Kusambi Meluap, Bhabinkamtibmas Maju Makmur Imbau Warga Selalu Waspada

Baca Juga: Banjir di Tapin, PLN: Antisipasi Bahaya Listrik dengan 5 Langkah Aman



Komentar
Banner
Banner