bakabar.com, BANJARBARU – Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kalimantan Selatan, Suparmi meyakini, perkebunan karet mampu menjadi penyokong pembangunan daerah selain perkebunan sawit.
Hal tersebut dia katakan setelah melihat hasil capaian ekspor karet Kalsel yang berada di atas nasional.
“Karet bisa menjadi sumber salah satu devisa selain sawit. Kalau sawit nomor dua, harapan kami karet nomor tiga menjadi penyokong pembangunan di Kalsel,” ungkap Suparmi saat ditemui di acara Focus Group Discussion (FGD) ekspos akhir hasil penyusunan masterplan tanaman karet di Hotel Grand DaffamBanjarbaru, Jumat (6/12) pagi.
Kebutuhan karet di Kalsel kata dia sejauh ini mencapai 70 persen. Hal itu berkat disokong oleh 11 pabrik karet di Kalsel yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas lewat peremajaan dan intensifikasi karet.
“Kita memang sudah di atas nasional. Nasional 1000 kilogram per hektar per tahun, kita sudah 1031,” sebut dia
Ekspor karet juga telah dilakukan ke beberapa negara seperti Amerika, Brazil, Jerman dan Cina. Dengan mengetahui pangsa negara ujarnya, Pemerintah melalui Dinas Perdagangan dapat memenuhi kriteria dan spesifikasi pasar yang dibutuhkan.
Sedang Disbunnak, bertugas untuk menyiapkan ketersediaan produksi produktivitas, hingga ke pengolahannya. Dengan tujuan akhir tidak lagi bergantung pada perusahan asing.
“Kita harapkan nanti ada industri spare part atau industri ban yang menggunakan karet, itu bisa dibangun di Kalsel. Sehingga penyerapan Bokar (bahan olah karet) lebih banyak di dalam negeri sendiri,” papar dia.
Lewat FGD yang digelar atas kerjasama Fakultas Perhutanan Universitas Lambung Mangkurat. Penyusunan masterplan dapat membantu untuk mendasari pembangunan perkebunan karet di Kalsel.
“Jadi memudahkan kita untuk membangun karet di Kalsel dari hulu sampai ke hilirnya,” imbuhnya.
Selama 5 bulan penyusunan, didapat 12 Kabupaten/Kota penghasil karet dan potensi terbesar berada di antara wilayah Banua Lima.”Yang terluas ada di Kabupaten Tabalong,” sebutnya.
Meskipun masterplan tersebut belum tersusun sempurna, karena keterbatasan anggaran yang dimiliki. Namun menurut Suparmi, dengan membangun perkebunan yang memiliki kriteria 4.0 di era sekarang dapat meningkat produksi Kalsel maupun produktivitas perkebunan karet di Kalsel.
“Kita dorong pada saat harga karet turun, sehingga petani masih bisa dapat penghasilan dari tanaman yang lain,” tutupnya
Baca Juga: Disalahgunakan Anak Punk, Kios Kosong di Minggu Raya Dibongkar
Baca Juga: Tour De Batola, Peserta Mendekati 1.000 Orang
Baca Juga:Duta Mall Buka Posko Cek Kesehatan Gratis
Baca Juga: Kado Manis di Hari Armada, 2 Prajurit Lanal Kotabaru Terima Penghargaan
Reporter: Musnita SariEditor: Syarif