Kalsel

Mulai Mencekik, Si “Melon” Tembus Rp 35 Ribu di Banjarbaru!

apahabar.com, BANJARBARU – Jelang natal dan tahun baru, harga elpiji 3 kilogram (Kg) mulai mencekik. Pantauan…

Featured-Image
Mulai Mencekik, Si “Melon” Tembus Rp 35 Ribu di Banjarbaru!

bakabar.com, BANJARBARU – Jelang natal dan tahun baru, harga elpiji 3 kilogram (Kg) mulai mencekik.

Pantauan bakabar.com di Suka Mara, Banjarbaru, harga gas subsidi itu menyentuh Rp38 ribu. Lonjakan terjadi dua pekan terakhir.

Banyak yang bilang hal tersebut akibat “permainan” dari agen atau pengecer elpiji.

Padahal, stok gas masih terbilang banyak didapati di tingkat agen dan eceran. Hanya saja harganya yang naik.

Dewi, Warga Suka Mara, Kelurahan Landasan Ulin pun heran. Sebelumnya, ia hanya perlu mengeluarkan Rp18 ribu, sampai Rp20 ribu.

"Kalau tidak terpaksa, saya gak beli, soalnya mahal sekali," ujarnya kepada bakabar.com, Selasa (17/12) pagi.

Diah, warga Kurnia, Kelurahan Landasan Ulin Barat, turut mengeluhkan hal serupa.

"Memang saya beli di eceran, jadi harganya tinggi dua kali lipat dari pangkalan,” ujar dia secara terpisah.

Pemilik salah satu pangkalan elpiji di Suka Mara, Humairi, saat dikonfirmasi,
meminta warga tak membeli di luar pangkalan.

Di pangkalannya, Humairi memastikan harga elpiji subsidi masih Rp 17.500 atau sesuai harga eceran tertinggi.

Di Suka Mara, ada tujuh pangkalan elpiji yang beroperasi. Mereka mendapat pasokan rutin dari Pertamina.

"Kalau kami menjual Rp18 ribu, yang biasa ambil di sini juga orang sini,” ujarnya ditemui, siang tadi.

Pembeli, kata dia, wajib menyertakan kartu khusus. Untuk membuktikan mereka berasal dari lingkungan setempat.

“Tiap warga di sini dikasih kartu, kan kita ada amanah dari Pertamina untuk diberi kartu,” ucapnya.

Diakuinya, dulu ia juga melayani penjualan ke mereka yang menggunakan mobil pribadi.

“Tapi saya ditegur Pertamina, jadi jika ada mobil singgah [di Pangkalan] beli banyak langsung saya tolak,” akunya.

Untuk stok di pangkalannya saat ini masih terisi. Karena baru saja diantar dari pihak Pertamina.

“Biasanya gas datang satu minggu sekali di tempat saya,” jelas pria yang akrab disapa Meri ini.

Tak berhenti di pangkalan resmi, media ini coba menggali informasi ke toko-toko sembako yang turut menjual elpiji subsidi.

Kurnia, salah seorang pemilik toko sembako di Suka Mara, ikut mengeluh. Belakangan ini, stok elpiji subsidi di tokonya sering kosong melompong.

“Biasa saya jual seharga Rp35 ribu, namun stok lagi habis dan menunggu diantarin orang, itu pun tidak menentu. Yang mengantar gas itu bukan dari Pertamina,” ujarnya.

Menjual elpiji hingga dua kali lipat, Kurnia mengklaim harga itu lebih murah dibanding di toko lain.

“Di toko lain Rp40 ribu,” jelas dia. “Jadi, paling murah di tempat saya.”

Tak jauh berbeda, Budhe, salah satu toko sembako penjual gas LPG di jalan Golf juga menetapkan harga jual yang tinggi.

“Ini masih ada sisa empat tabung, harganya Rp38 ribu satunya” ujar pemilik toko.

SISTEM TERTUTUP

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan Banjarbaru, Anshori, saat dikonfirmasi, membenarkan harga jual elpiji yang mencekik warga itu.

Setahun terakhir, harga si “Melon” di Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura, kata dia, tidak pernah normal kembali.

“Ini karena masyarakat menengah ke atas ikut-ikutan menggunakan,” ujarnya.

Pihaknya membenarkan harga rata-rata elpiji 3 Kg saat ini berkisar Rp35 ribu. “Kalau daerah Banjarbaru, masih 35 ribu,” terang Anshori.

Lantas, apa langkah untuk menyiasati itu?

Pemkot Banjarbaru, kata dia, akan menggelar operasi pasar dalam waktu dekat ini. “Nanti kita usulkan dulu ke Pertamina,” ujarnya.

Selain itu, menurutnya sudah saatnya elpiji tak lagi dijual bebas oleh pangkalan resmi. “Selama ini kan sistem terbuka,” kata dia.

Dengan sistem tertutup itu, setiap pangkalan takkan lagi bebas menjual ke sembarang orang. Hanya masyarakat kelas bawah.

“Pangkalan tidak bebas lagi jual gas 3 Kg,” ujarnya. “Pembagiannya pakai sistem kupon sesuai data rakyat miskin dan usaha mikro dari Kelurahan,” lanjutnya.

“Saat ini [sebagian pangkalan] belum diterapkan [sistem tertutup]. Memang pakai kupon, tapi sebagian tidak tepat sasaran,” pungkasnya.

Reporter: Nurul Mufidah
Editor: Fariz Fadhillah

Tags
Kalsel


Komentar
Banner
Banner