bakabar.com, BARABAI – Genap memasuki usia ke -60, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), mantap dalam melangkah agar terwujud visi kabupaten 2016-2021 yang agamis, mandiri, sejahtera dan bermartabat.
Visi itu dijabarkan Bupati HA Chairanysah ke dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Sepanjang teknis pelaksanaannya, dari RPJMD yang dijabarkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam rencana strategis, rencana kerja SKPD, hingga Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Berangkat dari itu, barulah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mulai dilaksanakan.
Memasuki tahun ke -4 kepemimpinan HA Chairansyah, terlihat berbagai peningkatanperkembangan pembangunan di HST. Terlebih kepada peningkatan pembangunan.
Hal itu dapat dilihat dari indikator makro. Seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
IPM menjadi indikator untuk mengukur keberhasilan membangun kualitas hidup masyarakat dalam mengakses output pembangunan, memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan hal lainnya.
Dari data BPS pada 2018, IPM HST mengalami peningkatan dibanding 2017. Dari 67.78 persen menjadi 68.32 persen.
Dilihat dari tabel tersebut, IPM HST terus mengalami tren peningkatan dari 2014.
“Berbagai upaya pembangunan di segala bidang oleh pemerintah daerah melalui berbagai program telah memberikan hasil yang nyata dan signifikan,” kata Chairansyah.
Yang kedua isu strategis yakni, permasalahan kemiskinan. Dari data BPS, persentase kemiskinan di HST menurun. Atas dasar inilah keberhasilan Pemkab HST menekan angka kemiskinan dan menjadi raport kesuksesan.
Di 2016 terdapat 6,18 persen atau 16,22 ribu penduduk miskin, menurun di 2017 menjadi 6,09 persen.
Di 2018 angka kemiskinan makin menurun yakni, 6,01 atau 16,14 ribu penduduk miskin.
Yang ketiga, gini ratio menjadi ukuran tingkat ketimpangan penduduk.
Berdasarkan data BPS, di 2018, HST memiliki ketimpangan pendapatan dalam kategori rendah, karena berada di antara 0 dan 0,40 persen.
Hal sama dengan kriteria Bank Dunia. Gini ratio HST terbilang rendah karena persentase pengeluaran 40 persen penduduk berpendapatan rendah yakni, lebih dari 17 persen.
Yang ke empat, pertumbuhan ekonomi melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal itu menjadi indikator untuk mengukur tingkat perkembangan perekonomian di daerah.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) HST, dari 2014 hingga 2018 menunjukan peningkatan. PDRB ADHB di 2014 tercatat 4,539,834, di 2018 meningkat menjadi 6,600,855.
Begitu juga PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), tercatat menunjukkan peningkatan. Pada 2014 hanya sebesar 3,719,105. Di 2018 meningkat menjadi 4,659,680.
“Pembangunan ekonomi di daerah merupakan serangkaian kebijakan yang dijalankan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakatan yang disertai pemerataan,” tegas Chairansyah.
Terakhir, adalah Angka Harapan Hidup (AHH) HST dari 2014 hingga 2018 terus meningkat.
Berdasarkan data BPS di 2019, pada 2018 AHH di HST sebesar 65,54. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,24 dibanding tahun sebelumnya yakni, 65,30.
“Artinya, setiap bayi yang lahir di HST berpeluang untuk dapat bertahan hidup lebih lama, secara rata-rata dapat menempuh hidup selama 65-66 tahun,” tutup Chairansyah.
Baca Juga:LIPSUS HARJAD HST: Wakil Bupati HST Resmikan Etalase KAT di Meratus
Baca Juga: Kemensos Tarik 2 Pendamping KAT di Meratus, Tugas Diemban Dinsos HST
Reporter: HN LazuardiEditor: Aprianoor