bakabar.com, BANJARMASIN – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mencatat kenaikan tren kebakaran lahan. Angkanya naik 100 persen dibanding 2018 lalu.
Sekalipun naik, Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, Abdul Haris Makkie menyebut penanganan bencana pada tahun ini lebih baik dibanding sebelumnya.
Dari laporannya, luas lahan dan hutan yang terbakar pada 2019 ini, lebih luas dibanding 2018.
Pada 2018, hutan dan lahan yang terbakar hanya 3.913 hektare. Sedangkan 2019 mencapai 7.102 hektare.
“Tapi penanganan kita tahun ini bisa dibilang cukup baik,” ujar Haris kepada awak media seusai menyampaikan sambutan padarapat evaluasi penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 2019 di Ruang Rapat H. Aberani Sulaiman, Setdaprov Kalsel, Senin (30/12) pagi.
Peningkatan tren karhutla, kata dia, ditunjang oleh musim kemarau panjang.
“Kemarin kan musim kemarau dan panas nya cukup panjang. Menjadi faktor utama penyebab terbakarnya lahan dan hutan yang cukup luas tahun ini,” terangnya.
Fakor panas tadi, kata Ketua Pelaksana BPBD Kalsel, Wahyuddin menyebabkan kekeringan mendera sejumlah wilayah.
“Tahun ini lahan yang terbakar masih di bawah 2015. Tetapi di atas dari 2016, 2017 dan 2018. Tahun ini panasnya itu yang tinggi itu dan mulai kekeringan, sehingga kita kesulitan air,” ujar Ujud, sapaan Wahyuddin.
Meski begitu, kata Wahyuddin, penangangan Karhutla di bawah koordinasi satuan tugas (satgas) lebih baik. Satgas ini melibatkan unsur TNI, Polri, dan masyarakat.
“Airnya kering sudah itu yang menyebabkan lambatnya proses pemadaman sehingga terjadi kebakaran yang meluas ya terutama untuk wilayah Kabupaten Banjar dan Tanah Laut,” jelasnya.
Oleh karena itu, salah satu kesimpulan dari rapat evaluasi penanganan Karhutla 2019 adalah peningkatan koordinasi atau sinergi.
“Meningkatkan sinergitas ya karena bencana itu adalah urusan bersama mulai saat ini kita akan memerankan siapa mengerjakan apa. Jadi tidak ada lagi saling menyalahkan antara anggota Satgas yang dibentuk sehingga penanganan bencana sosial benar-benar bisa cepat di lapangan,” jelasnya.
Selain itu, hasil analisisnya, bahwa karhutla bisa meluas salah satunya karena keterlambatan informasi.
“Keterlambatan informasi itu jadi penghambat, jadi kita sudah menyiapkan sarananya baik itu sarana informasinya kemudian Satgas-nya. Sehingga kemudian peralatannya, juga mengenai biaya operasionalnya jadi nanti pada saat terjadi karhutla itu sudah jelas. Kita tangani di awal ya dan titik beratnya memang pencegahan untuk tahun 2020, ” ujarnya mengakhiri.
Baca Juga: Catatan Akhir Tahun, Polisi: Kriminalitas di Tanah Bumbu Menurun
Baca Juga: Catatan Akhir Tahun 2019 PWI: Tegakkan Independensi dan Profesionalisme Pers
Baca Juga: Malam Pergantian Tahun, Air Mancur Menari Taman Kamboja Diopersionalkan
Baca Juga: Ruas Jalan Penghubung Tanbu - HSS Longsor
Reporter: Nurul MufidahEditor: Fariz Fadhillah